Jumat 18 Jul 2014 12:00 WIB
suarapublika

Transliterasi Tulisan Arab ke Latin Perlu Direvisi

Red:

Upaya transliterasi aksara Arab ke aksara Latin memang sudah dilakukan. Namun, bila benar-benar diperhatikan, hemat saya, masih banyak yang belum tepat. Bila dibiarkan, dikhawatirkan akan memunculkan masalah baru. Misalnya, bisa 'menyesatkan' bagi yang ingin melafalkannya dengan benar. Bahkan, bisa jadi bakal bergeser maknanya.

Ambil contoh, pedoman transliterasi yang 'mengharamkan' adanya (aksara) konsonan rangkap dalam ejaan bahasa Indonesia kecuali untuk kata-kata tertentu. Seperti kata 'khusus' dan 'khidmat'; serta kata 'masyarakat' dan 'musyawarah'. Mengacu pada pedoman tersebut kata 'ustadz' harus ditulis 'ustaz', kata 'Ramadhan' harus ditulis 'Ramadan', kata 'dzalim' harus ditulis 'zalim', kata 'baligh' harus ditulis 'balig', kata 'tsanawiyah' harus ditulis 'sanawiyah', kata 'syetan' harus ditulis setan, dan banyak lagi.

Di lain pihak aksara 'ain (Arab) seakan-akan transliterasinya belum diatur selama ini. Mari kita perhatikan beberapa contoh berikut ini. Kata ma'mur umumnya ditulis 'makmur', kata mu'tamar umumnya ditulis 'muktamar', kata mu'min umumnya ditulis 'mukmin' dan banyak lagi. Namun, ternyata kata 'ulama tidak ditulis 'kulama', kata 'adil tidak ditulis 'kadil', kata 'abdi tidak ditulis 'kabdi', dan banyak lagi.

Aksara Arab digunakan dalam Alquran dan hadits Rasulullah SAW (saya sengaja tidak menulis kata hadits dengan hadis). Ketika Anda membaca Alquran dan hadits, Anda harus melafalkannya dengan benar. Tidak boleh salah. Oleh karena itu bagi yang belum tahu cara membacanya dengan benar wajib belajar membaca keduanya.

Maka, orang atau pihak yang mengupayakan transliterasi aksara Alquran secara salah harus berhati-hati. Meskipun tujuannya untuk 'membantu' orang-orang yang sama sekali belum bisa membaca Alquran. Akhir-akhir ini tidak sedikit aksara Alquran yang ditransliterasikan ke dalam aksara Latin.

Hemat saya, kalau Anda ingin mengajarkan aksara Alquran dengan benar sebaiknya langsung mengajarkannya dalam bentuk aksara aslinya. Kecuali, kalau transliterasinya sudah benar-benar akurat. Kalau tidak, jangan-jangan Anda mengajarkan, "Iyyaka nakbudu wa iyyaka nastakin" kepada murid-murid Anda.

Beberapa aksara Arab ada yang tidak bisa dilambangkan dengan aksara Latin begitu saja. Ambil contoh aksara tsa dengan s, dza dengan d apalagi z, sya dengan s, dha dengan d, tha dengan t, zha dengan d, dan lainnya.

Mahmud Yunus

Lingkungan Parunglesang, Kota Banjar, Jawa Barat

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement