JAYAPURA -- Siang itu, Hamsinah (37 tahun) terlihat sibuk melayani beberapa warga yang ingin melakukan transaksi keuangan. Ibu tiga anak itu sudah tiga bulan menjadi agen BRIlink laku pandai. Laku pandai adalah program layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif atau yang kerap disebut branchless banking. Agen laku pandai melayani sejumlah transaksi perbankan, seperti setor tunai, tarik tunai, dan pembukaan rekening serta layanan mini ATM, seperti bayar listrik, bayar telepon, bayar cicilan, beli pulsa, transfer dan tarik/setor tunai.
Selama menjadi agen BRIlink, Hamsinah tidak pernah sepi kedatangan warga yang ingin melakukan transaksi keuangan. Bersama suaminya, Rasli (43), Hamsinah tinggal di kampung nelayan Kelurahan Mandala, Kota Jayapura, Provinsi Papua.
Sebelumnya, Hamsinah hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Sedangkan, Rasli sehari-hari mengelola toko kelontong. Rasli mengaku awalnya enggan ditawari menjadi agen BRIlink, tapi setelah mengetahui kelebihan agen laku pandai, justru Hamsinah yang berminat menjadi agen.
Hamsinah mengaku alasan menjadi agen laku pandai karena melihat masyarakat kesulitan melakukan transfer saat tengah malam. Dia mengaku iba jika mengetahui ada keluarga yang sakit atau kecelakaan. Menurutnya, dengan adanya layanan laku pandai, memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi keuangan.
Dengan bekal pelatihan dari bank selama dua bulan, Hamsinah mulai menjalankan perannya sebagai agen BRIlink. Dia melakukan sosialisasi kepada para nelayan di kampungnya terkait layanan yang dilayani agen laku pandai.
Setelah beberapa nelayan mencoba transaksi dan terbukti sampai kepada tujuan, mereka menjadi lebih sering melakukan transaksi dan mempromosikan kepada warga lain. Hamsinah tidak menyangka antusiasme warga kampung nelayan cukup positif. Bahkan, para nelayan tidak kenal waktu saat melakukan transaksi.
"Setiap waktu mereka tranksaksi, 24 jam saya layani. Tengah malam listrik habis, saya bukain pintu. Sabtu-Minggu enggak libur," ujar Hamsinah seusai melayani transaksi salah seorang warga di kampung nelayan, Jumat (27/3).
Hamsinah menjelaskan, biasanya setelah melaut, para nelayan langsung menyetorkan uang untuk ditabung meskipun mereka belum mandi dan pakaian mereka masih basah dan kotor. Rata-rata para nelayan menyetor sebesar Rp 10 ribu sampai Rp 50 ribu. Hingga akhir Februari, Hamsinah mencatat jumlah transaksi mencapai 300 transaksi dengan volume transaksi mencapai Rp 250 juta.
Selain bisa membantu masyarakat bertransaksi, dengan menjadi agen laku pandai, Hamsinah mendapat keuntungan lain, yakni berupa fee dari setiap transaksi. Hamsinah bisa mengumpulkan pundi-pundi sebesar Rp 1 juta pada bulan pertama. Kini, Hamsinah bisa mengantongi Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per bulan.
Senada dengan Hamsinah, agen laku pandai Bank Mandiri Amril Iskandar (40) mengaku menjadi agen laku pandai karena ingin membantu masyarakat agar lebih mudah menabung. Amril sehari-hari bekerja di counter pengisian pulsa miliknya sendiri di Pasar Burung-Burung, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Sudah 10 tahun Amril menjalankan bisnisnya tersebut.
Sebelumnya, Amril mengikuti seleksi kemudian mendapat pelatihan selama dua bulan dari Bank Mandiri. Setelah resmi menjadi agen, dia mendapat beberapa fasilitas dari Bank Mandiri, seperti laptop, printer, serta perangkat lainnya. Kemudian, dia gencar mempromosikan layanan tersebut kepada para pedagang di Pasar Burung-Burung yang total pedagang mencapai 800 orang. Dia mempraktikkan cara melakukan transaksi keuangan tanpa harus ke kantor cabang perbankan.
Saat ditemui Republika, Sabtu (28/3), Amril baru memasuki hari ketiga menjadi agen laku pandai. Pada hari itu, dia telah melayani 72 transaksi dengan total volume Rp 433 ribu. Saat ini, kebanyakan nasabahnya adalah pedagang di Pasar Burung-Burung dan tetangga di rumahnya. Menurutnya, transaksi yang paling banyak dilakukan adalah setoran tunai, antara Rp 10 ribu sampai Rp 150 ribu per transaksi. Selain itu, transaksi paling banyak dilakukan saat malam Ahad. Setiap Senin sampai Jumat, dia melaporkan transaksi yang dihimpun ke kantor cabang Bank Mandiri.
"Banyak orang mau nabung, tapi malu dan takut ke bank. Saya ingin bantu masyarakat supaya ada uang tersisa di hari-hari ke depan," ujarnya.
Setelah menjadi agen laku pandai, Amril merasakan beberapa manfaat. Selain membantu masyarakat, bisnis counter pulsanya semakin laris dan mendapatkan fee dari setiap transaksi.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan, OJK menargetkan jumlah agen laku pandai mencapai 350 ribu di seluruh Indonesia sepanjang 2015. Agen tersebut ditargetkan mencakup 75 persen wilayah di Indonesia. Menurutnya, target tersebut bisa direalisasikan jika 17 bank yang telah mengajukan rencana laku pandai menjalankan programnya.
Pada tahap awal, terdapat empat bank yang sudah mendapatkan persetujuan OJK dan akan meluncurkan program laku pandai. Keempatnya adalah BRI, Bank Mandiri, BTPN, dan BCA. Dari empat bank tersebut, OJK menargetkan agen yang direkrut sebanyak 128.039 agen.
"Kepada empat bank ini, kami sudah nyatakan memenuhi persyaratan tahap pertama. Dalam tiga tahun ke depan, diperkirakan agen-agen laku pandai akan berada di seluruh wilayah Indonesia," kata Muliaman dalam konferensi pers di kantor pusat OJK Jakarta, Kamis (26/3).
Muliaman menjelaskan, program laku pandai diharapkan dapat mendukung program keuangan inklusif sesuai dengan tujuan Pemerintah Indonesia yang dicanangkan dalam Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) pada Juni 2012. Program keuangan inklusif dirancang lantaran masih banyak masyarakat yang belum mengenal, menggunakan, atau mendapatkan layanan perbankan dan layanan keuangan lainnya, antara lain, karena bertempat tinggal di lokasi yang jauh dari kantor bank atau adanya biaya atau persyaratan yang memberatkan.
Laku pandai, kata Muliaman, akan menyediakan produk-produk keuangan yang sederhana, mudah dipahami, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang belum dapat terjangkau layanan keuangan saat ini. Laku pandai juga diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat untuk menyimpan dan memanfaatkan uang yang dimilikinya dengan lebih murah, aman, dan cepat. Nasabah, setelah menabung secara berkala dan dinilai baik oleh bank, bisa mengajukan kredit atau pembiayaan mikro untuk tujuan produktif dan mendukung keuangan inklusif.
Program laku pandai mulai dijalankan oleh empat bank, yaitu BRI di Jayapura pada 27 Maret 2015, Bank Mandiri di Gowa, Sulawesi Selatan, 28 Maret 2015, BTPN di Medan pada 30 Maret 2015, dan BCA di Grobogan, Jawa Tengah, pada 6 April 2015. c87 ed: eh ismail