Kamis 08 Sep 2016 17:00 WIB

Merintis Lumbung Daging di Asia

Red:

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengelus-elus kepala seekor domba putih bertanduk besar. Sesaat kemudian, Jokowi memegang tanduk domba yang kokoh melingkar di kepala sang domba tersebut.

Di samping Presiden, ada Ketua Umum Himpunan Peternak Kambing dan Domba Indonesia (HPDKI) Yudi Guntara, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, dan Kepala Staf Kantor Kepresidenan Teten Masduki.

Kepada Yudi, Presiden bertanya, "Kalau yang begini ini, harganya berapa?" "Sekitar Rp 50 juta, Pak," jawab Yudi. Percakapan antara Jokowi dan Yudi terjadi saat Presiden meninjau domba-domba yang menjadi peserta Kontes Domba Garut-Kambing di Istana Negara, Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Sabtu (27/8).

Hari itu, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) bersama HPDKI menggelar acara Temu Wicara Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Kontes Domba Garut-Kambing.

Sebanyak 875 ekor domba dan 400 ekor kambing yang berasal dari seluruh daerah di Provinsi Jawa Barat menjadi peserta kontes yang baru pertama kali diadakan di lingkungan Istana Negara tersebut. Praktis, ratusan domba dan kambing tersebut, menjadi pemandangan yang unik di lingkungan Istana Negara yang berada di dalam kawasan Kebun Raya Bogor.

Kepada presiden, Yudi menjelaskan, domba-domba yang menjadi peserta kontes adalah domba-domba pilihan dan unggulan. Sehingga, tidak heran harga satu ekor domba-domba tersebut terbilang mahal. Bahkan, ada domba yang harganya mencapai Rp 200 juta.

Jokowi mengaku minder saat berbicara di hadapan peternak dari seluruh Indonesia di lokasi kontes. Usai berkeliling melihat-lihat domba dan kambing milik peserta kontes, Jokowi mengatakan, semula dia sempat berbangga karena memiliki lima ekor domba yang dibelinya dengan harga sekitar Rp 3 juta sampai Rp 4 juta. Presiden mengira lima domba yang dimilikinya sudah sangat bagus.

"Saat saya masuk ke sini saya betul-betul kaget sekali, bukan hanya kaget, tapi kaget sekali. Saya kan punya domba lima. Belinya Rp 3 juta sama Rp 4 juta. Pikir saya harga Rp 3 juta, Rp 4 juta sudah mahal sekali. Saya begitu lihat dombanya sudah senang sekali, tanduknya. Tapi begitu lihat di sini, langsung minder semua," ujar Jokowi yang disambut tawa para peternak.

Presiden melanjutkan, kekagetannya semakin bertambah ketika dia mendapatkan penjelasan dari Yudi Guntara mengenai harga domba-domba peserta kontes. "Saya tanya kepada Pak Yudi, kalau yang gini-gini ini berapa? Oh, kalau yang ini 50, Pak (Rp 50 juta, Red). Oh, ya sudah," kata Jokowi memaklumi sendiri keminderannya.

Pada bagian lain, Jokowi mendorong peran dan kontribusi ternak domba dan kambing untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Apalagi, domba dan kambing sangat cocok untuk peternakan rakyat.

Selain tidak membutuhkan modal yang besar dan lahan yang luas, kata Presiden, pola reproduksi domba dan kambing yang bisa dua sampai tiga kali beranak, bisa menjadi usaha alternatif guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga.

Hal yang tak kalah penting, kandungan protein daging domba dan kambing yang mencapai 22-27 persen lebih bagus dari kandungan protein sapi yang berkisar 20-24 persen. "Ke depan, kita harus menggeser, jangan selalu daging sapi, digeser ke daging domba atau kambing," kata Jokowi.

Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menjelaskan, kontes domba dan kambing yang pertama kalinya digelar di Istana Bogor itu mengusung tema "Pemberdayaan Ternak Rakyat untuk Swasembada Pangan". Dia berharap, dengan banyaknya kontes domba dan kambing akan makin meningkatkan konsumsi daging kedua hewan ruminansia tersebut.

Mentan melanjutkan, saat ini pemerintah juga sedang fokus terhadap swasembada protein hewani, tidak hanya fokus swasembada daging sapi. Menurut Amran, populasi domba dan kambing pada 2011-2015 tumbuh rata-rata 5,8 persen per tahun.

Perkembangan populasi domba dan kambing pun semakin baik dengan jumlah domba di Indonesia mencapai 17 juta ekor dan kambing 19 juta ekor. "Insya Allah tahun depan kami mendorong untuk ekspor," ujar Amran.

 

Produk berdaya saing

Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Riwantoro menjelaskan, pemerintah memanfaatkan acara temu wicara dan kontes domba-kambing sebagai momentum untuk mempromosikan potensi ternak lokal sekaligus melakukan konsolidasi dengan stakeholder terkait lainnya.

Tujuannya, tak lain untuk membangkitkan semangat di kalangan peternak agar tercipta terobosan-terobosan baru pembangunan peternakan nasional, guna menuju industrialisasi peternakan yang berkelanjutan.

"Presiden tadi menyampaikan arahannya, bahwa urusan pembangunan pertanian dalam kerangka mewujudkan kedaulatan pangan dan peningkatan daya saing ekspor adalah tanggung jawab bersama," kata Riwantoro.

Dengan kata lain, dia melanjutkan, diperlukan kertelibatan, sinergisme peran, dan kewenangan semua pihak dalam menjalankan roda pembangunan. Pelaksanaan program pembangunan pun sudah tidak bisa lagi dilakukan secara parsial.

"Harus terintegrasi dan saling terkait satu sama lainnya, satu tujuan yang sama dan harus kita capai adalah kedaulatan pangan dan kesejahteraan masyarakat sebagai prasyarat kedaulatan bangsa," ujar Riwantoro.

Dia menjelaskan, sesuai tujuan Nawacita pemerintahan Jokowi, prioritas kebijakan pembangunan pertanian dan peternakan diarahkan kepada produk yang bisa berdaya saing dan berkelanjutan. Karena itu, pemerintah akan mengembangkan komoditas yang mempunyai kedudukan basis (comparatif advantage) dan mempunyai potensi ekspor, seperti kambing dan domba.

Dengan jumlah populasi kambing dan domba yang mencapai 36 juta ekor, kata Riwantoro, maka hal yang diperlukan ke depan adalah penetapan cluster usaha ternak untuk mendorong tumbuhnya industri peternakan.

Setelah itu, diperlukan penerapan kemitraan agribisnis yang berkeadilan bagi seluruh pelaku usaha peternakan dan peningkatan investasi usaha peternakan. "Muaranya adalah menciptakan fondasi yang kuat mewujudkan bioindustri di masa mendatang," katanya.

Dalam hal penyediaan protein hewani, Riwantoro mengatakan, pemerintah akan mendorong komoditas kambing dan domba sebagai alternatif penyedia pangan dan sumber protein hewani.

Pengembangan domba dan kambing ke depan bisa dilakukan 10 kali lipat dari yang ada sekarang, sehingga akan berperan dalam peningkatan ekonomi nasional. Apalagi, Indonesia sebagai negara tropis memiliki tipe iklim yang sesuai peternakan kambing dan domba.

"Tanah yang belum diusahakan masih luas, demografi populasi kambing dan domba pun menyebar diseluruh wilayah Indonesia."

Mengenai rencana ekspor daging kambing yang digaungkan Mentan, Riwantoro meyakini hal itu bisa dilakukan. Selain permintaan kambing dan domba di dalam negeri saat ini sudah dapat dicukupi, peluang melakukan ekspor sangat besar.

Terutama, kata dia, ke negara-negara ASEAN dan Timur Tengah, khususnya Arab Saudi yang cenderung permintaan kambing dombanya meningkat. "Ini potensi pasar yang perlu dioptimalkan dan harapan Indonesia menjadi lumbung daging di Asia pun tak mustahil terwujud."

Karena itu, kata Riwantoro, pemerintah akan menjaga pertumbuhan populasi kambing dan domba selama lima tahun ke depan sebesar 5,8 persen. Pemerintah juga akan memilih kawasan tertentu yang dianggap sangat potensial untuk pengembangan agrobisnis kambing dan domba.

Sasarannya, peternakan kambing dan domba yang saat ini tersebar kecil-kecil di seluruh Nusantara, bisa menjadi lebih terintegrasi dari hulu ke hilir. "Luar Jawa masih sedikit, tapi potensinya lebih besar. Ke depan tidak bisa bertahan di Jawa terus karena lahan semakin dikit."

Selain itu, kata Riwantoro, sumber pakan pun berkurang sehingga akan bergeser ke luar Jawa. Sumatra, Kalimantan yang sumber pakannya melimpah. Dengan sinergi dari semua pihak, ia optimistis, pemenuhan protein hewani nasional akan bergeser ke kambing dan domba.

Apalagi, isyarat itu sudah disampaikan langsung oleh Presiden Jokowi yang menginginkan Indonesia harus memrioritaskan kambing dan domba guna memenuhi kebutuhan protein hewani nasional.     rep: EH Ismail, ed: Ferry Kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement