Kamis 22 Sep 2016 11:00 WIB

Modal Jadi Kendala Vokasi

Red:

Politeknik Manufaktur (Polman) Astra siap mencetak tenaga ahli dan tenaga terampil untuk memenuhi kebutuhan industri. Saat ini, Polman Astra sudah menerapkan pendidikan dual system seperti yang dilakukan di Jerman dan Swiss. Direktur Politeknik Manufaktur Astra, Tony H Silalahi, mengatakan, meski sudah menerapkan pendidikan sistem ganda, Polman Astra tetap melakukan kajian mendalam agar kurikulum yang diajarkan menjadi lebih baik lagi sehingga mencetak lulusan yang berkualitas.

"Ketika Presiden Joko Widodo menca nangkan untuk meng-improve pendidikan vokasi, kami juga melakukan kajian lebih mendalam lagi. Polman Astra sudah on the right track, tapi masih perlu kami improve supaya kualitas dan pola pendidikannya menjadi lebih bagus lagi," kata Tony. Dia mengatakan, saat ini alumni Polman Astra sudah diterima bekerja dengan baik di industri manufaktur. Rata-rata alumni Polman Astra yang diterima bekerja di anak perusahaan Astra, yakni antara 60-70 persen sedangkan, sisanya ada yang melanjutkan studi maupun membuka bisnis sendiri.

Tony mengakui, Polman Astra memberikan kebebasan bagi para alumninya untuk memilih industri sebagai labuhan untuk mengaplikasikan ilmunya. Polman Astra tidak ada keterikatan dinas dengan anak perusahaan Astra, begitu pula sebaliknya. Walaupun tidak ada keterikatan dinas, Polman Astra tetap berkomitmen mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan memberikan beasiswa penuh kepada 35 persen dari mahasiswi/mahasiswanya.

Tony mengatakan, hal ini menunjukkan, Polman Astra sepenuhnya berkomitmen untuk mencetak alumni yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan industri. "Ini benar-benar matching antara kualitas mereka setelah kami didik, dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri. Karena itu, kami selalu menjaga dalam proses pendidikannya agar selalu matching dengan industri," kata Tony.

Saat ini, perkembangan industri sudah masuk ke dalam otomatisasi mesin dan juga digitalisasi. Karena itu, sekolah vokasi diharapkan dapat memberikan bekal tersebut kepada para muridnya agar tidak tertinggal dengan perkembangan industri. Tony mengatakan, Polman Astra mendorong para mahasiswa dan mahasiswinya memiliki sense of quality, sense of productivity, sense of problem solving, dan inovation.

Pendidikan vokasi di Indonesia masih mengalami sejumlah tantangan, di antaranya keterbatasan modal. Sebab, sekolah vokasi lebih fokus kepada praktik sehingga setiap satu siswa harus memegang satu mesin atau peralatan agar skill-nya terbentuk dengan baik. Menurut Tony, agar sekolah vokasi tidak terlalu mahal maka harus didukung oleh industri dan pemerintah.

Tony mengungkapkan, sekolah vokasi di Jerman dan Swiss peralatannya didukung oleh pemerintah, biaya pendidikan gratis, dan mereka juga didukung oleh industri. Sebab, industri di Jerman dan Swiss sadar bahwa tenaga kerja terampil yang dibutuhkan, dihasilkan oleh pendidikan vokasi. Tantangan lainnya yakni, di Indonesia sekolah vokasi masih dipandang sebagai second grade. Padahal, di Jerman dan Swiss sekitar 90 persen pimpinan perusahaan di sektor industri manufaktur merupakan lulusan sekolah vokasi.    rep: Rizky Jaramaya, ed: Citra Listya Rini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement