Kamis 06 Oct 2016 17:00 WIB

Victoria Berburu Pasar Halal

Red:

Pasar Muslim di dunia dinilai memiliki potensi luar biasa. Berdasarkan laporan dari The Global Economy Report 2015/2016, konsumen Muslim menghabiskan dana 1,8 triliun dolar Amerika Serikat (AS) pada 2014 untuk belanja makanan dan gaya hidup. Pada 2020, nilainya diprediksi mencapai 2,6 triliun dolar AS.

Para eksportir terus berupaya mencetak laba dari ranumnya pasar Muslim dunia. Sertifikasi halal, khususnya bagi produk pangan, seperti daging sapi hingga makanan olahan, menjadi keharusan bagi mereka yang hendak masuk ke pasar ini.

Pemerintah Negara Bagian Victoria, Australia, menjadi salah satu pelaku utama eksportir asal Negeri Kanguru. Meski tujuan ekspor Victoria masih didominasi Cina, para eksportir kini mulai mengarahkan bidikannya ke negara-negara berpenduduk Muslim seperti Timur Tengah, Turki dan Afrika Utara, India hingga Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Pada 2014-2015, nilai ekspor Victoria ke negara-negara Asia Tenggara mencapai 3,9 miliar dolar Australia. Produk pangan mendominasi barang ekspor, seperti olahan susu, daging, gandum, hingga produk makanan olahan. Indonesia sendiri berada di peringkat ketujuh negara tujuan ekspor Victoria di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Pada 2015, total nilai ekspor dari Australia ke Indonesia mencapai 5,548 miliar dolar Australia. Ekspor pangan Australia ke Indonesia mencatat tiga besar. Aussie mengirim gandum, hewan siap potong, makanan olahan, hingga produk olahan susu ke Indonesia. Victoria menjadi salah satu negara bagian Australia yang berkontribusi dalam kinerja ekspor negara tersebut.

Pemerintah setempat pun sadar betul betapa penting adanya sertifikasi halal agar produk mereka dapat masuk ke pasar-pasar Muslim di Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Malaysia. Direktur Eksekutif Perdagangan Negara Bagian Victoria, Gonul Serbest, mengatakan, pasar domestik di Victoria sudah berpengalaman untuk mengurus label halal. Sebagai negari multikultural, Victoria pun tidak ingin bermain-main dalam masalah halal.

"Ada lebih dari 200 etnik berbeda di Melbourne (ibu kota Victoria). Kami harus serius mengurus ini (halal)," kata dia di sela pembukaan Festival Food and Beverage Trade Week 2016 di Hotel Grand Hyatt, Melbourne, belum lama ini.

Untuk memediasi para eksportir dengan produsen asal Victoria dan Australia, pada 14-16 September 2016, Pemerintah Negara Bagian Victoria menghelat Food and Beverage Trade Week 2016 di Melbourne Exhibition Center. Ajang ini mempertemukan 150-an agen eksportir dari 24 negara, termasuk Indonesia, dengan produsen-produsen pangan kelas wahid di Australia.

Di ajang ini, berbagai macam produk pangan asli Victoria dan beberapa negara bagian lainnya dipamerkan. Selain peserta, ratusan pengunjung lokal dan turis mancanegara ikut meramaikan pameran tersebut. Gonul menjelaskan, ajang ini sudah digelar keempat kalinya di Australia. Sebelumnya, festival dagang ini diselenggarakan di New South Wales, dan kali ini panitia mengambil tempat di Victoria  yang merupakan mayoritas produk pangan ekspor di Australia.

Pameran ini juga memperlihatkan betapa pentingnya Victoria bagi kinerja ekspor Australia. Setidaknya ada 83 persen bahan olahan susu yang diekspor dari negara bagian ini. Sebanyak 1,1 juta sapi Victoria yang menghasilkan susu lebih dari 6,2 miliar liter per tahun. Total ekspor bahan olasan susu asal Victoria mencapai 2,03 miliar dolar Australia pada 2014-2015. "Victoria unggul dalam produk ini," ujarnya.

Tidak hanya produk olahan susu, Victoria juga dikenal kaya dengan daging sapi kualitas premium dan daging domba. Makanan biji-bijian, seperti gandum, barli, dan kanola tumbuh subur di lahan 3,5 juta hektare di bagian barat dan utara. Victoria juga dikenal dengan produk hortikultura kualitas premium seperti apel, almon, anggur, hingga buah ceri. Negara bagian ini memproduksi 48 persen dari total ekspor produk hortikultura dari Australia. Nilainya mencapai 909 juta dolar Australia pada 2014-2015.

Luv A Duck, salah satu peserta pameran di Food and Beverage Trade Week, merupakan salah satu produk daging bebek yang sudah memiliki sertifikat halal. Daniel Russel, nasional customer service manager Luv A Duck, mengungkapkan, produknya mendaftar sertifikat halal di otoritas setempat setiap tahun. Meski tidak mencantumkan logo halal, Luv A Duck akan menginformasikan tentang sertifikat halal kepada para konsumen yang bertanya tentang kehalalan daging mereka.

Daniel mengatakan, mayoritas penikmat Luv A Duck berasal dari pasar dalam negeri. Meski demikian, ada beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor produk bebek itu. "Kami ekspor ke beberapa negara, seperti Maladewa dan Asia Tenggara. Beberapa negara memiliki akreditasi yang berbeda untuk produk impor, salah satunya halal," kata Daniel.

Brendan Larkin, market engagement manager Negara Bagian Victoria, menjelaskan, Victoria merupakan negara bagian yang paling mumpuni dalam sertifikasi halal di Australia. Ia menyebutkan, ada 30 hingga 50 persen produk ekspor asal Australia yang sudah berlabel halal. "Memang agak sulit jika setiap negara memiliki lembaga halal yang berbeda dan itu menyebabkan harga yang mahal. Namun, pengusaha kami tetap melakukannya," kata Brendan.

Dia beralasan, meski Cina menjadi tujuan ekspor utama produk-produk Victoria, negara-negara Asia Tenggara dan Timur Tengah mengambil posisi penting bagi pasar ekspor di Victoria. Sertifikasi halal pun dibutuhkan, mengingat banyak Muslim tinggal di negara-negara tersebut. Menurut dia, beberapa produk ekspor yang sudah bersertifikasi halal di antaranya daging sapi, daging domba, dan daging kambing.

Brett Stevens, komisioner Kantor Dagang Victoria di Indonesia  menjelaskan, prospek Indonesia sebagai tujuan ekspor Victoria sangat menarik. Menurut dia, saat ini Victoria sedang fokus untuk tiga jenis produk ekspor ke Nusantara. Tiga produk itu yakni daging sapi premium, olahan susu seperti keju, dan yoghurt hingga produk-produk hortikultura, seperti apel dan anggur.

Menurut Brett, Victoria memandang aturan halal di Indonesia bukan sebuah isu tentang pelarangan. Saat ini, Pemerintah Negara Bagian Victoria sedang bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang sertifikasi halal. "Kami mengerti ada akreditasi halal dan akan ada penerapan aturan yang baru tentang halal. Kami akan menghormati itu agar tetap bisa mendistribusikan barang-barang halal," katanya. Oleh Achmad Syalaby Ichsan dari Victoria, Australia ed: Citra Listya Rini

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.

(QS. Al-Kahf ayat 19)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement