Senin 24 Oct 2016 13:00 WIB

Deforestasi Menghantui Indonesia

Red:

Hutan Indonesia merupakan sa lah satu paru-paru dunia yang diandalkan dalam mengatur siklus oksigen dan karbon diok sida yang terdapat di atmosfer bumi. Dengan jumlah hutan kayu yang cukup luas, banyak negara berharap Indonesia mampu menjaga sumber oksigen demi kelangsungan bumi yang lebih baik.

Sayangnya, peran penting hutan Indonesia dalam menyerap karbon dioksida dan mencip takan oksigen sedikit demi sedikit menurun. Ini mengingat aktivitas manusia melakukan alih fungsi lahan untuk kegiatan ekonomi. Mi salnya, untuk kepentingan industri perkayuan, pertambangan, perkebunan, maupun pemu kim an. Alhasil, Indonesia mendapat predikat ne gara dengan deforestasi tertinggi di dunia, yakni mencapai sekitar 680 ribu hektare per tahun.

Dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2013, luas lahan kritis di Indonesia mencapai 24,3 juta hek ta re. Kerusakan ini bukan hanya menghi lang kan kayu hutan yang dijadikan produk ekono mis, te tapi juga menyebakan adanya berbagai per ubahan lingkungan yang berimbas buruk ter ha dap manusia dan spe sies yang ada di sekitar nya. Beragam bentuk kerusakan lingkungan pun terjadi dan menimbulkan bencana alam, se perti banjir, longsor, keba kar an hutan dan la han, dan krisis air bersih yang meng akibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat.

Sadar dengan kondisi hutan yang semakin terancam, pemerintah giat melakukan rehabili tasi hutan dan lahan (RHL), karena cara ini di harapkan mampu membenahi deforestasi. Re habilitasi hutan dan lahan dilakukan serentak antara pemerintah dan masyarakat bukan ha nya untuk memulihkan kondisi lahan kritis, melainkan juga memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Untuk melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan diperlukan ketersediaan benih dan bibit dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu, perbenihan tanaman hutan menjadi faktor awal yang menunjang keberhasilan RHL. Sektor ini lah yang sekarang menjadi tanggung jawab Di rektorat Perbenihan Tanaman Hutan dan Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH).

Sebagai salah satu unit pelaksana teknis (UPT) di bawah Direktorat Jenderal (Ditjen) Pe ngendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) KLHK, BPTH diberikan tugas untuk mengembangkan benih tanaman hu tan yang mulai langka tertelan kerakusan ma nusia. Dalam pelestarian ini pun BPTH di tun tut untuk bisa menghasilkan benih dan bibit jenis kayu hutan yang berkualitas ketika dita nam.

BPTH dibentuk untuk me ngembangkan benih serta bibit berkualitas melalui cara generatif maupun vegetatif. Hingga 2015, terdapat enam BPTH yang tersebar di Pa lembang, Denpasar, Sume dang, Banjarbaru, Ambon, dan Makassar. Semua BPTH dibangun untuk mengem bang kan benih di masing-ma sing daerah terdekat. De ngan disatukannya KLHK, UPT BPTH kemudian me nyisakan dua, yakni di Pa lem bang dan Makassar.

Kepala Seksi Sumber Be nih dan Sumber Daya Ge netik BPTH Wilayah I, Nelsi Adelina, mengatakan, BPTH saat ini memiliki tugas yang cukup berat. Sebab, UPT ini bu kan sekadar menyediakan benih dan bibit untuk dise bar luaskan kepada masyarakat secara gratis.

BPTH, kata dia, juga harus mengeksplorasi be nih dan mengembangkan bibit tanaman hu tan yang mulai langka karena terlalu sering di man faatkan tanpa ditanam kembali oleh ma sya rakat. Padahal, kayu-kayu yang ditebang meru pakan kayu berkualitas yang bisa mem berikan manfaat ganda bagi kondisi hutan dan sektor ekonomi.

"Ada beberapa jenis kayu yang sudah mulai sulit ditemukan karena keseringan ditebang. Kita coba pertahankan pohon kayu ini dengan memetakan area sumber daya genetik (ASDG). Ini untuk mengantisipasi punahnya keragaman hayati terutama tanaman hutan," kata Nelsi.

Menurut dia, selama 2015 BPTH, Wilayah I telah membangun empat ASDG di antaranya adalah kayu jelatung rawa dan gaharu. Jelutung rawa merupakan jenis tanaman hutan yang pada era tahun 90-an termasuk komoditi an dalan bagi para petani di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Namun, pohon ini makin tersaingi dengan kehadiran pohon sa wit yang lebih menguntungkan dalam segi ekonomi.

Untuk gaharu, pohon yang ter kenal dengan kekhasannya juga cukup banyak dimanfaatkan oleh masyara kat. Pohon yang banyak ditemu kan di Sumatra ini memiliki harga jual tinggi dan banyak peminat. Hasilnya, pohon gaharu semakin habis dimanfaatkan, tapi sedikit ma syarakat yang menanam pohon tersebut.

Hingga 2015, BPTH Wilayah I telah memi liki delapan KBS di sekitar Kemampo, di Kesa tuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Ba nyuasin, Sumatra Selatan, sedangkan untuk ASDG telah dibangun sebanyak empat unit. Pada 2016, BPTH Wilayah I se benarnya telah memiliki peta jalan un tuk membangun empat KBS dan ASDG. Lan taran adanya penghematan anggaran dari pe me rintah pusat, maka peta jalan itu pun ber ubah. BPTH Wilayah hanya akan menam bah dua ASDG dan satu KBS.

Nelsi mengatakan, bibit yang didapat dari BPTH Wilayah I sudah cukup teruji keunggul annya. Maksudnya, kata dia, bibit yang diha silkan akan kuat dan memiliuki batang bebas cabang yang menjual tinggi dan lurus. Kekuatan dan tegakan yang baik ini, dia menjelaskan, me nandakan bahwa pohon tersebut akan membe rikan manfaat ganda bagi alam dan masyrakat.

Pembagian bibit gratis

Sebagai salah satu UPT di bawah Ditjen PDASHL, BPTH Wilayah I mencoba mengha silkan benih dan bibit terbaik yang nantinya bisa dipergunakan untuk penanaman hutan atau lingkungan sekitar.

Staf PEH BPTH Wilayah I, Riza Yanuardi, mengatakan, BPTH Wilayah I banyak mendapat permintaan bibit tanaman hutan. Mulai dari perusahaan swasta, pemerintah daerah, pihak sekolah, hingga masyarakat yang umumnya me minta bibit pohon untuk ditanam di lahan me reka. Dari pembibitan di areal kecil yang di bangun di sekitar perkantoran sedikitnya 60 ribu bibit setiap tahun, dari beberapa jenis ta nam an hutan maupun pohon buah-buahan disebarkan untuk ditanam.

Sayangnya, permintaan yang membeludak tidak bisa seluruhnya terpenuhi karena pro duksi bibit yang masih terbatas lahan, padahal semua bibit yang diberikan kepada pihak mana pun gratis, tak ada yang berbayar sedikit pun. Pemohon cukup membawa surat permohonan untuk kebutuhan bibit tanaman hutan.

Ketika pemerintah melihat potensi bahwa masyarakat mulai sadar akan perbaikan ling kung an, khususnya dalam penanam hutan, ma ka Kementerian Kehutanan (Kemenhut) saat itu memberikan anggaran kepada BPTH Wila yah I untuk membangun Persemaian Permanen (PP) di Sukomoro, dengan luasan lahan 1,8 hektare yang memiliki kapasitas produksi men capai sejuta batang per tahun.

Selain itu, BPTH Wilayah I juga memba ngun PP di Selangit dengan luasan lahan men capai dua hektare dan kapasitas produksi sama dengan Sukomoro. Artinya, dalam satu tahun, BPTH Wilayah I saat ini bisa melakukan pro duk si bibit di persemaian dan menghasilkan bibit mencapai dua juta batang pohon.

Adanya tambahan pembangunan PP di Selangit, permintaan bibit yang mencapai lebih dari satu juta setiap tahunnya akhirnya bisa terpenuhi. Walaupun terkadang ada beberapa permintaan bibit yang tidak terpenuhi karena jenis bibit yang diminta tidak diproduksi di persemaian.

"Per Juli kemarin kita sudah sebarkan bibit tanaman hutan mencapai 510.136 batang. Bibit ini disebar ke berbagai kota dan kabupaten di Provinsi Sumatra Selatan," kata Riza ditemui di kantornya, pekan lalu.

Menurut Riza, bibit-bibit tanaman hutan yang telah disemai di BPTH banyak diminta ka rena memang kualitasnya terjamin. Dengan kualitas baik, bibit akan tumbuh maksimal, tegakan pohon akan lebih baik, dan akar pohon pun kuat. Berbeda dengan bibit yang dijual oleh pengedar, bibit tersebut belum pasti bisa tum buh dengan baik, karena kualitasnya belum tentu terjaga.

Dia mengatakan, dari 500 ribu bibit ta nam an hutan yang disebar, jenis bibit yang paling banyak diberikan kepada kabupaten/kota adalah jenis bambang lanang mencapai 75 ribu batang, mangium 62.700 batang, mahoni 45 ribu batang, gaharu 40 ribu batang, dan Pulai 30 ribu batang. Sementara, bibit jenis lain yang ikut disebar adalah jabon, tembesu, meranti, tanjung, suren, dan beberapa bibit tanaman hutan lainnya.

Selain bibit tanaman hutan, BPTH juga me nyebarkan bibit pohon buah-buahan untuk di manfaatkan masyarakat seperti bibit sirsak, durian dan petai.

Riza menyebutkan, saat ini permintaan bibit tanaman hutan dan buah-buahan memang me ningkat tajam. Sebab, sejumlah instansi mulai dari sekolah, kedinasan, LSM, TNI, hingga Po lisi kerap melakukan acara yang dikaitkan dengan penanaman pohon. "Gerakan menanam pohon harus terus diga lakkan. Kami akan terus membantu dalam hal penyediaan bibit. Target yang kami ingin capai sampai 1,7 juta batang disebar ke berbagai dae rah," katanya.

Kepala Balai BPTH Wilayah I, Agus Wah yu diano, menjelaskan, bibit yang dihasilkan dari tempatnya bisa disalurkan ke daerah mana saja sesuai dengan permintaan dari masyarakat. Namun, BPTH Wilayah I masih kesulitan untuk memonitor bibit yang diberikan sudah ditanam sesuai dengan permohonan awal atau belum. Minimnya anggaran untuk memantau pertum buhan semua bibit yang disalurkan cukup di sayangkan, karena ditakutkan banyak masya rakat yang justru menyia-nyiakan bibit atau menanam bibit kurang baik.     Oleh Debbie Sutrisno, ed: Citra Listya Rini

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
۞ يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِۗ قُلْ فِيْهِمَآ اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِۖ وَاِثْمُهُمَآ اَكْبَرُ مِنْ نَّفْعِهِمَاۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ەۗ قُلِ الْعَفْوَۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَۙ
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya.” Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, “Kelebihan (dari apa yang diperlukan).” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan,

(QS. Al-Baqarah ayat 219)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement