Jika disuruh menyebut negara raksasa sepak bola Eropa, pasti terselip nama Belanda. Negeri kincir angin mempunyai sejarah panjang dalam sepak bola. Tersebarnya pemain asal Belanda yang bermain di klub besar dunia membuktikan potensi tim berjuluk Oranje tersebut.
Namun, ada satu yang membedakan Belanda dengan negara besar Eropa lainnya. Gelar juara dunia jawabnya. Meski berhasil tiga kali tampil di final, kegagalan tampaknya tak mau lepas dari skuat Belanda.
Di final Piala Dunia 1974, Johan Cruyff dan kawan-kawan kalah 1-2 dari Jerman Barat. Sempat unggul melalui gol Johan Neeskens, mereka harus menangis di akhir pertandingan lantaran gol Paul Breitner dan Gerd Mueller.
Kemudian, pada final Piala Dunia 1978. Argentina yang kala itu menjadi tuan rumah memupus mimpi Belanda meraih juara setelah kalah 1-3. Empat tahun lalu, di benua Afrika, Belanda mencoba menghapus kutukan tak pernah menang di final kala berhadapan dengan Spanyol di partai puncak Piala Dunia 2010. Sayang, gol tunggal Andres Iniesta kembali membuat Belanda meratapi kegagalannya menjadi juara dunia.
Tiga kali di final, tiga kali pula gagal. Tentu, hal itu bukan kebetulan semata. Dan, setelah hancur lebur di Piala Eropa 2012, Louis van Gaal datang dengan harapan yang sama di Piala Dunia 2014, menjuarai Piala Dunia.
Mantan pelatih Ajax, Barcelona, dan Bayern Muenchen itu berbenah. Van Gaal lebih memberdayakan pemain yang bermain di Liga Belanda. Alhasil, Belanda menjadi tim Eropa pertama yang lolos ke Piala Dunia 2014. "Kami memang berada di grup sulit, tapi harapannya kami tidak pulang dengan cepat," ujar Van Gaal ketika disinggung tentang persaingan di Grup B bersama juara bertahan Spanyol, Cile, dan Australia. "Kami telah menyatu selama periode latihan," tambahnya, dilansir Daily Mail.
Petualangan Belanda dimulai dengan partai pembuka yang tidak mudah. Bertemu juara bertahan Spanyol. Aroma dendam mulai menyeruak di ruang ganti Belanda. Luka yang mengaga tentu tak bisa hilang begitu saja. Meski diisi mayoritas muka-muka baru, tetap saja luka itu masih ada.
Spanyol datang dengan skuat yang tidak jauh berbeda dengan empat tahun silam, akhirnya menjadi tim yang pertama kali merasakan 'kebengisan' Belanda dalam Piala Dunia kali ini. 5-1 bukan skor yang main-main tentunya.
Langkah Belanda berjalan mulus hingga babak knock out. Meksiko dan Kosta Rika berhasil dikalahkan untuk memuluskan jalan skuat asuhan Van Gaal ke tangga semifinal.
Penampilan ciamik Arjen Robben dan kawan-kawan membuat publik Belanda kembali membuka harapan menjuarai Piala Dunia yang sebelumnya disimpan rapat-rapat. Tapi, Belanda tetaplah Belanda dan untuk kesekian kalinya fans Oranje diberi kembali harapan palsu. Boro-boro juara, masuk final saja tidak. Ekpektasi tinggi yang menghinggapi Van Persie cs tak mampu dibayar lunas setelah dikandaskan Argentina lewat babak adu penalti.
Keinginan untuk meraih gelar juara dunia dengan mengalahkan musuh besar mereka, Jerman, di partai puncak harus dikubur dalam-dalam.
Kegagalan demi kegagalan yang melekat pada Belanda membuat mereka dijuluki Raja tanpa Mahkota. Dan kini, sang raja masih harus menanti mahkotanya yang entah kapan bisa mereka raih. rep:c84 ed: abdullah sammy