oleh:Andi muhammad ikhbal -- Sebagai kader suatu partai politik yang tak berkoalisi dengan PDI Perjuangan, apa alasan Anda mendukung Jusuf Kalla?
Saya melihat, keputusan Rapimnas VI kemarin memberikan mandat penuh kepada Ketua Umum Aburizal (Ical) Bakrie dalam membangun koalisi. Menurut saya, besar harapan Golkar dapat merapat ke PDI Perjuangan. Kondisi itu terlihat pada suasana kebatinan di rapat tersebut, karena ada kader Golkar yang diusung koalisi parpol di sana.
Kenapa banyak perpecahan dalam kubu parpol jelang pilpres ini?
Kalau dalam Golkar, Jusuf Kalla (JK) ini adalah kader tulen, bahkan seorang mantan ketua umum partai. Justru banyak kekecewaan pada arus bawah atas keputusan DPP Golkar untuk berkoalisi dengan Gerindra mendukung Prabowo-Hatta.
Para elite partai juga sepertinya masih berpikir rasional dan lebih menekankan pada soliditas partai. Golkar dibentuk bukan sekadar dalam konteks berkoalisi tapi harus berbasis pada pemikiran membangun bangsa ke depan.
Bagaimana dengan adanya ancaman pemecatan dari internal parpol?
Adanya sanksi pemecatan kepada para kader Golkar yang mendukung Jokowi-JK merupakan suatu langkah yang tidak masuk akal. Hal ini akan berpotensi menjadi preseden yang buruk dari kepemimpinan Ical, bahkan muncul gejolak yang mengarah pada munaslub.
Lagipula, sesuai dengan AD/ART partai, pemecatan kader itu bukan hak prerogatif ketua umum. Prosesnya harus melalui prosedur yang dilandaskan pelanggaran fatal.
Apakah karena ini pertarungan figur makanya parpol tak bisa membatasi kader-kadernya?
Jelas pilpres ini adalah pertarungan figur. Perolehan suara parpol dalam pileg belum tentu memengaruhi hasil akhirnya nanti. Lihat saja dalam pilpres sebelumnya, di mana tidak proporsional dengan hasil pileg. Persoalannya ada pada rasionalitas dan soliditas parpol, kenapa kader sendiri tak didukung. ed: andri saubani