Republika/Mahmud Muhyidin
BANDUNG -- Kongres Tahunan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mengembalikan status keanggotaan Persebaya 1927 sebagai anggota. Langkah tersebut sekaligus mengembalikan hak Persebaya mengikuti kompetisi resmi sepak bola Indonesia 2017.
Ketua Umum PSSI Letnan Jenderal Edy Rahmayadi menjelaskan sejumlah alasan di balik keputusan Kongres Tahunan PSSI memberikan pengampunan kepada Persebaya. Alasan yang pertama dan utama yakni faktor sejarah.
Menurut Edy, hanya ada lima klub legendaris di Indonesia. "Dari Jawa Timur, Persebaya Surabaya," ujar dia, di Bandung, Jawa Barat, Ahad (8/1).
Empat klub lain yang juga dia nilai menjadi cikal bakal sepak bola Tanah Air yaitu PSM Makassar (Sulawesi Selatan), Persib Bandung (Jawa Barat), Persija Jakarta (DKI Jakarta), dan PSMS Medan (Sumatra Utara). Edy mengaku menginginkan kelima klub legendaris bisa berada dalam satu level kompetisi yang sama.
Namun, untuk sementara ini, impian tersebut tak bisa terkabul. Sebab, Persebaya cuma diberikan kesempatan mengikuti kompetisi di divisi utama bersama PSMS Medan dan 58 klub lainnya. Sedangkan, tiga klub legendaris lainnya, yaitu PSM, Persib, dan Persija, pada musim kompetisi tahun ini bakal berlaga di Indonesia Super League (ISL).
Kisruh seputar Persebaya telah dimulai pada 2010. Selepas didegradasi ke Divisi Utama, Persebaya memilih hengkang ke Liga Prima Indonesia (LPI) bentukan Arifin Panigoro.
Di saat bersamaan, PSSI merestui pembentukan Persebaya tandingan yang berkompetisi di Divisi Utama. Setahun berselang, Persebaya berubah nama menjadi Persebaya 1927.
Kongres PSSI 2013 tidak mengakui Persebaya 1927. Tak hanya itu, penyatuan LPI dan LSI juga tidak melibatkan klub tersebut.
Pada 2015, PT Persebaya Indonesia selaku pengelola Persebaya 1927 menggugat Persebaya tandingan di Pengadilan Negeri Surabaya. Setahun berselang, Juni 2016, Persebaya memenangi gugatan.
Saat kongres PSSI digelar di Ancol, Agustus 2016, Bonek menuntut pengakuan Persebaya. Salah seorang anggota Komite Eksekutif PSSI, Toni Apriliani, berjanji akan memulihkan status klub tersebut pada kongres November 2016.
Namun, janji itu tidak terwujud. Memasuki tahun baru, Ketua Umum PSSI terpilih Edy Rahmayadi memulihkan status Persebaya pada Kongres Tahunan PSSI 2017 di Bandung, kemarin.
Persetujuan pemutihan tersebut sebetulnya bukan cuma diberikan kepada Persebaya. Terdapat enam klub lain yang mendapatkan statusnya kembali di sepak bola nasional. Klub-klub tersebut yaitu Arema Indonesia, Persipasi Bekasi, Persema Malang, Lampung FC, Persewangi Banyuwangi, dan Persibo Bojonegoro. Saat memimpin sidang terbuka Kongres Tahunan PSSI 2017, Edy meminta agar keputusan pemutihan dapat disetujui seluruh anggota.
Sebanyak 106 dari 107 pemilik suara dalam kongres pun menerima keputusan tersebut. Edy menambahkan, tujuh klub yang baru diputihkan tak bisa kembali ke kompetisi yang diinginkan.
Khusus Persebaya, kongres menyetujui keputusan memberikan satu tempat bagi Persebaya untuk mengikuti kompetisi Indonesia Liga II atau kompetisi kasta kedua di Tanah Air. Sedangkan, untuk enam klub yang diputihkan lainnya, masing-masing punya satu tempat di Indonesia Liga III atau biasa yang dikenal Liga Nusantara.
"Ibaratnya pelari yang diamputasi, diobati, lalu bisa lari lagi. Kita harapkan klub-klub itu bisa menunjukkan kualitasnya jika memang berhak bisa ke liga utama (Indonesia Liga I—Red)," kata Edy. Ungkapan tersebut sebetulnya menyinggung soal desakan sejumlah pendukung Persebaya yang meminta PSSI memasukkan klub ke Indonesia Liga I.
Akan tetapi, menurut Edy, desakan tersebut tak bisa dipenuhi. Sebab, dirinya pun yakin klub-klub yang terampuni tersebut bisa menunjukkan militansinya memperbaiki prestasi. "Boleh masuk ke liga utama, tapi tunjukkan kualitas kalian, karena musim tahun depan pasti ada tiga klub yang didegradasi," sambung dia.
Selain memutihkan status keanggotaan dan kepesertaan tujuh klub tersebut, Kongres Tahunan PSSI juga menyetujui pemutihan terhadap tujuh anggota PSSI yang hilang hak suaranya lantaran perselisihan internal.
Kongres Tahunan PSSI juga menyetujui pengampunan dan pencabutan sanksi bagi enam nama mantan pengurus PSSI, yaitu mantan ketua umum PSSI Djohar Arifin Husin, Farid Rahman, Sihar Sitorus, Tuti Dau, Bob Hippy, dan Widodo Santoso.
Terkait putusan tersebut Djohar menganggap hal itu sudah benar. "Tentang Kongres PSSI saat ini mencabut hukuman saya ya sudah benar," kata Djohar dalam pesan singkatnya yang diterima Republika, Ahad (8/1).
Dia menyatakan, keputusan tersebut tepat karena hukuman yang pernah dia alami saat itu sama sekali tidak berdasar. Bahkan, Djohar merasa hukuman tersebut hanya disebabkan adanya dendam.
Ia menilai hukuman yang diberikan ketua umum PSSI saat masih dijabat oleh La Nyala tidak beralasan. "Saya diundang menpora sebagai ketum PSSI 2011-2015, sampai kapan pun saya Ketum PSSI 2011-2015," kata Djohar.
Hanya saja, dia heran mengapa PSSI justru marah saat mengetahui dirinya diundang oleh menpora. Padahal, dia ingin membantu menyelesaikan masalah PSSI dengan pemerintah.
"Orang mau bantu kok dihukum? Dan komite etik tidak berhak menghukum saya karena saya bukan lagi pengurus PSSI," ujar Djohar. rep: Bambang Noroyono, Rahayu Subekti, ed: Muhammad Iqbal