Kongres Tahunan PSSI memutuskan kompetisi Indonesia Super League (ISL) akan mulai digelar Maret 2017. Bagaimana tanggapan Anda?
Kita belum tahu bagaimana ISL nanti akan digelar. Akan seperti apa aturan yang diterapkannya atau sistem dan regulasinya bagaimana, kami belum mengetahuinya. Jadi, gambaran untuk ISL tahun ini belum ada dalam bayangan kami.
Berkaca dari ISL terakhir, yaitu 2015, apa yang perlu diperbaiki?
Banyak yang masih harus diperbaiki. Salah satunya adalah padatnya jadwal pertandingan. Kami, pemain bisa bermain tiga kali dalam satu pekan. Jarak antara pertandingan satu dengan pertandingan lainnya cukup dekat sehingga pemain kelelahan. Misalnya, kami bermain Ahad, nanti Rabu main lagi, lalu Sabtu bisa main lagi.
Selain soal hari, masalah jadwal juga ada soal waktu pertandingan. Ada pertandingan yang digelar terlalu siang, juga ada yang terlalu malam. Masalah itu sebenarnya sudah dapat diatasi dalam kompetisi Torabika Soccer Championship (TSC) tahun lalu. Tidak ada lagi jadwal yang padat. Kami bermain seminggu sekali, home and away (kandang dan tandang). Meskipun di ujung-ujung kompetisi juga agak kacau karena harus menyesuaikan dengan jadwal tim nasional.
Ada saran dari APPI untuk ISL nanti?
Ya, harapannya ISL nanti lebih baik lagi. Penyelenggaraannya harus mengacu pada kompetisi yang sudah dilaksanakan kemarin. Misalnya beberapa perbaikan ISL 2015 sudah diperbaiki dalam TSC 2016 kemarin. Hal itu harus tetap dipertahankan di ISL nanti. Misalnya sudah tidak ada lagi gaji pemain yang macet. Di ISL 2017 nanti sebaiknya lebih ditingkatkan lagi.
Soal adanya kabar pembatasan pemain asing di setiap klub, bagaimana menurut Anda?
Itu bagus. Kami menyambut positif kalau itu menjadi regulasi dari penyelenggara. Kalau memang ada pembatasan pemain asing akan membuat peluang pemain lokal lebih banyak bermain. Menurut kami, secara ideal jumlah pemain asing memang harus dibatasi, maksimal tiga pemain asing.
Bagaimana dengan pembinaan bibit potensial?
Kalau masalah pengembangan bibit pemain muda, tidak perlu regulasi apa pun. Kalau pemain mudanya bermain bagus, pasti akan dimainkan di klubnya. Selain itu, di luar itu, kami memiliki sistem sendiri. Misalnya dalam gelaran TSC tahun lalu, setiap klub yang mengikuti kompetisi harus memiliki klub usia di bawah 21 tahun. Ini bagus untuk pengembangan pemain muda masing-masing klub. Lalu, gelaran kompetisi berdasarkan usia juga masih bagus. Oleh Agus Raharjo, ed: Muhammad Iqbal