BLITAR - Peternak ayam petelur di Blitar, Jawa Timur, kesulitan mendapatkan jagung sebagai pakan. Selain langka, harga jagung juga semakin mahal. Akhirnya, peternak memilih nasi aking sebagai pengganti jagung.
Agus, peternak ayam asal Desa Suruhwadang, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, mengaku terpaksa mengganti pakan ternak karena kesulitan yang ia hadapi. Biasanya, ia membuat pakan dari campuran bekatul, jagung, serta konsentrat. Karena sekarang tidak ada jagung, ia menggantinya dengan beras atau nasi aking (nasi yang dikeringkan).
''Kami mencari alternatif dengan campuran lain, misalnya nasi aking atau beras. Tapi, beras juga harganya mahal, yang kualitasnya jelek saja sampai Rp 7.000,'' kata Agus, Senin (1/2).
Setiap hari, Agus membutuhkan enam kuintal pakan yang merupakan campuran jagung, bekatul, dan konsentrat untuk 7.000 ekor ayam petelur yang ia pelihara. Ia menuturkan, perubahan komponen pakan ini berdampak pada kualitas telur ayam.
Kuning telur yang biasanya berwarna kuning pekat berubah menjadi cenderung putih. Selain itu, produksi juga turun drastis. Menurut Agus, jagung mulai langka sejak empat bulan lalu. Pasokan dari luar kota yang biasanya menjadi alternatif juga kini sulit ditemukan.
Selain itu, harga jagung saat ini juga sangat mahal, mencapai Rp 7.000 per kg. Ia bahkan menyebutnya sebagai harga termahal dalam sejarah karena harga termahal sebelumnya hanya menembus Rp 3.500 sampai Rp 4.000 per kg.
Peternak ayam lainnya dari Desa Kedawung, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Wahyu, membenarkan bahwa kualitas telur ayam menurun akibat perubahan pakan. ''Peternak kelimpungan dengan langkanya jagung. Jadi, pakan apa pun kami berikan asalkan ayam kenyang dulu.''
Sebenarnya, ungkap dia, harga telur cukup mahal, yaitu Rp 18 ribu per kg. Sayangnya, pakan ayam sulit diperoleh sehingga peternak tetap saja tak dapat untung. Merespons keadaan ini, ia terpaksa menjual sebagian ayam ternaknya untuk menghemat biaya.
Ayam yang ia jual biasanya yang ia anggap sudah terlalu banyak berproduksi. Ia hargai ayamnya Rp 14 ribu per ekor. Selama ini, Kabupaten Blitar merupakan salah satu sentra unggas, terutama ayam petelur. Telur dari Blitar untuk suplai di Jawa maupun luar Jawa.
Kelangkaan jagung memicu ratusan peternak ayam Blitar berunjuk rasa kemarin. ''Tuntutan kami, harga jagung dinormalkan. Dalam arti, harga Rp 3.500 sampai Rp 4.000. Itu petani sudah untung, peternak juga untung," kata Sukarman, koordinator aksi.
Menurut dia, harga jagung melonjak menjadi Rp 7.000 per kg, bekatul pun naik menjadi Rp 4.000 per kg. Tak hanya itu, konsentrat yang juga merupakan bagian dari campuran pakan sudah menembus Rp 375 ribu per 50 kg.
"Sekarang harga jagung mahal, ditambah jagung langka, jadi dialihkan ke beras. Kami berharap pemerintah membantu untuk Februari saja, sebab Maret sudah mulai ada panen jagung," ujar Sukarman. Ia mengatakan, mahalnya pakan membuat kualitas telur menurun dan kematian ternak tinggi.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kabupaten Blitar Puguh Imam Susanto mengatakan, pemkab berupaya mencarikan jalan keluar masalah itu."Dari pusat, informasinya sudah membuka keran impor jagung. Kami masih tunggu tindak lanjutnya," katanya.
Lonjakan harga jagung juga terjadi di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul, Sulistyanto, memperkirakan, kenaikan harga jagung disebabkan produksinya yang menurun.
''Untuk jagung memang harganya lagi naik karena, saya katakan, stok di pasar makin berkurang karena produksi turun, sementara permintaan pasar tetap ajek," kata Sulistyanto, kemarin. Harga jagung pipul kering di tingkat pedagang dalam sepekan terakhir mencapai Rp 6.500-Rp 7.000 per kg.
Menurut dia, ini naik hampir dua kali lipat dibandingkan harga normal yang rata-rata Rp 4.000 per kg. Ia menyebut, sekarang sudah masuk musim tanam padi sehingga stok jagung merupakan hasil panenan kemarin. Di sisi lain, pedagang sulit mendapat barang dari luar daerah.
Kelompok yang paling terkena dampak kenaikan harga adalah peternak yang menggunakan jagung sebagai pakan. Sulistyanto mengatakan, tak mudah untuk menurunkan harga jagung. Semua pihak harus dilibatkan. antara, ed: Ferry Kisihandi