JAKARTA - Perusahaan riset Dinar Standard mengungkapkan hasil surveinya bahwa makanan halal merupakan pertimbangan utama para wisatawan Muslim untuk berkunjung ke suatu negara.
“Kami melihat makanan halal merupakan yang paling dicari oleh wisatawan Muslim,” kata Direktur Utama Dinar Standard Rafi-uddin Shikoh pada diskusi bertajuk “Meningkatkan Komunikasi Efektif untuk Mempromosikan Pariwisata Syariah” dalam rangkaian Konferensi Internasional Wisata Syariah di Jakarta, Selasa (3/6).
Rafi-uddin menyebutkan makanan halal menempati urutan pertama sebanyak 66,8 persen, diikuti dengan keterjangkauan harga 52,9 persen, keramahtamahan 49,1 persen, kenyamanan 45,5 persen, dan kebutuhan lainnya seperti hotel dan pilihan destinasi.
Dia menilai, pengetahuan terhadap kebutuhan turis yang berbeda merupakan salah satu strategi dalam mempromosikan pariwisata di suatu negara. “Tidak semua turis Muslim memiliki kebutuhan yang sama. Untuk itu, penting memahami dan menekankan pada kebutuhan berbeda,” katanya.
Selain memahami karakter wisatawan, lanjut dia, strategi lainnya yang perlu ditekankan, yakni menyesuaikan pasar dengan negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan strategi komunikasi.
“Yang harus dijaga juga adalah kepercayaan. Wisatawan Muslim biasanya berasumsi dan masih bertanya apakah makanan itu halal. Dengan menyesuaikan ke pasar OKI, wisatawan akan yakin,” katanya.
Rafi-uddin juga menyarankan kepada negara-negara dengan penduduk Muslim untuk menjadikan promosi pariwisata terpadu dengan kampanye nasional di negara tersebut. Terlebih, lanjut dia, Indonesia merupakan negara dengan mayoritas berpenduduk Muslim yang berada pada urutan keempat terbanyak dikunjungi wisatawan setelah Arab Saudi, Iran, dan Uni Emirat Arab.
Namun, menurut General Manager Ogilvy Public Relations, Aries Nugroho, pariwisata syariah bukan hanya seputar masjid dan makanan halal, tetapi juga infrastuktur. “Bukan hanya kedua hal itu, halal memang checkpoint dan berkata 'assalamualaikum' itu Islam, tetapi harus didukung infrastuktur,” katanya.
Terkait promosi, dia menyebutkan harus dilakukan dengan dua cara, baik online melalui sosial media maupun offline dari mulut ke mulut atau melalui cerita (storytelling).
Menurut kajian Thomson Reuters dalam State of the Global Islamic Economy (2013), total pengeluaran Muslim dunia untuk keperluan makanan halal dan gaya hidup pada 2012 sebesar 1,62 triliun dolar AS. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 2,47 triliun dolar AS pada 2018.
Peningkatan tersebut seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Muslim dunia yang menurut Pew Research Center Forum on Religion and Public Life pada 2010 mencapai 1,6 miliar atau 23,4 persen dari penduduk dunia.
Angka tersebut diperkirakan meningkat menjadi 2,2 miliar atau 26,4 persen dari total penduduk dunia sebanyak 8,3 miliar pada 2030 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,5 persen penduduk Muslim tiap tahunnya.rep:ichsan emrald alamsyah/antara ed: irwan kelana