JAKARTA -- Industri perbankan meyakini, semester pertama 2014 merupakan tahun yang cukup berat. Semester pertama tahun ini memang ditandai dengan likuiditas yang cukup ketat.
Hal ini dikatakan Presiden Direktur PT Maybank Syariah Indonesia (MSI) Norfadelizan Abdul Rachman. Ia mengatakan, semenjak akhir 2013 dan awal tahun ini, perekonomian Indonesia cukup melambat sehingga cukup memengaruhi pembiayaan bank yang fokus pada korporasi ini.
Selain itu, sebagian besar nasabah juga menunggu kepastian pemilu. Sejauh ini, pertumbuhan pembiayaan mencapai Rp 1,3 triliun atau meningkat 3,24 persen jika dibandingkan 2013. Sayangnya, aset merosot menjadi Rp 2,066 triliun atau menurun 0,21 persen.
Ia menyatakan, penurunan ini karena proses restrukturisasi dan renegosiasi. ''Saya yakin di pengujung tahun ini semua akan membaik dan lancar kembali,'' tutur Norfadelizan Abdul Rachman kepada Republika, pekan lalu.
Ia juga mengatakan, tahun depan pihaknya akan melebarkan pasar tak hanya pada pembiayaan korporasi. Jika selama ini portofolio SMI lebih pada korporasi, mereka akan mengejar pembiayaan ritel dan unit usaha kecil menengah (small medium enterprise).
Program sosial
Pada saat yang sama, Chairman Grup Maybank, Tan Sri Dato' Megat Zaharuddin Megat Mohd Nor, menyampaikan induk sejauh ini tak hanya membiayai proyek komersial, tetapi juga fokus pada program sosial. ''Kami memiliki program pemberdayaan ke berbagai negara yang memiliki kaum Muslim berpenghasilan rendah,'' tuturnya.
Total pemberdayaan ekonomi yang dilakukan Maybank Group di berbagai lokasi mencapai 2 juta ringgit Malaysia. Ia mengatakan, salah satu proyek di Indonesia adalah "Program Pemberdayaan Ekonomi melalui Budi Daya Jamur Tiram".
Proyek CSR karyawan Maybank Syariah Indonesia ini bertujuan mendukung sekolah dalam mencapai kemandirian ekonomi dan mengurangi ketergantungan dari donasi masyarakat. Dengan kapasitas maksimum, satu rumah jamur tiram diharapkan dapat memproduksi lebih dari 100 kg jamur tiram dalam sehari (setara dengan pendapatan Rp 800 ribu per hari). Anggota masyarakat di sekitar sekolah juga terlibat dalam proyek ini.
Laba yang dihasilkan dari upaya ini digunakan untuk mendukung kebutuhan sehari-hari sejumlah siswa, baik mereka yang yatim piatu atau yang orang tuanya tidak mampu membayar uang sekolah dan asrama. Anggota masyarakat setempat juga terlibat dalam proyek ini.
Oleh karena itu, selain meningkatkan kemandirian finansial, dampak tidak langsungnya termasuk kemajuan pembelajaran di sekolah. Begitu juga, sumber daya pendidik serta kesejahteraan keuangan yang lebih baik di masyarakat yang lebih luas. rep:ichsan emrald alamsyah ed: irwan kelana