Jumat 18 Jul 2014 12:00 WIB

Melongok Lokomotif Bersolek

Red:

Rabu (17/7) siang, pada pertengahan Ramadhan atau 10 hari menjelang Lebaran, Stasiun Jatinegara belum dipadati penumpang. Lalu lintas kereta api di stasiun tersebut belum mengalami peningkatan. Namun, sekitar 500 meter dari stasiun, di bangunan berukuran sekitar setengah lapangan sepak bola, keadaannya berbanding terbalik.

Bangunan bertuliskan "Dipo Lokomotif Jatinegara" itu adalah bengkel tempat lokomotif dan gerbong-gerbong didandani. Di tempat itu, lokomotif dan gerbong kereta bersolek.

Saat Republika menyambangi tempat tersebut, sejumlah lokomotif yang terpisah dari gerbongnya terparkir di rel khusus. Beberapa lokomotif sedang dibongkar dan diperiksa mesinnya, sebagian lainnya sedang mengisi bahan bakar.

Di sisi luar tampak ada lokomotif sedang digerayangi lima pekerja. Dua pekerja di dua bagian sisi lokomotif, satu di atas lokomotif. Bagian depan dan bawah lokomotif yang tak luput sergapan lima pekerja yang semuanya pria tersebut.

"Satu lokomotif maksimal untuk lima orang, syukur kalo hanya ada dua orang, lelah, tapi puas," ujar Junaidi, salah satu pekerja pembersih lokomotif di Dipo Lokomotif Jatinegara saat berbincang dengan Republika, Rabu siang.

Junaidi sepertinya tidak terganggu dengan beratnya pekerjaan yang dilakoninya meski ia sedang berpuasa. Ia begitu cekatan membersihkan bagian lokomotif yang terlihat kotor akibat debu atau cipratan oli yang disemburkan mesin lokomotif.

"Tak ada bedanya dengan bulan biasa. Justru ini ngetes keimanan aja, Mas," kata pria bertubuh kurus tersebut.

Ia mengatakan, menjelang mudik Lebaran, pekerjaannya membersihkan dan mendandani lokomotif akan bertambah. "Tambah satu hingga dua lokomotif. Yang biasanya hanya 15 sampai 17, sekarang bisa sampai 18 atau 19 per shift. Tergantung kereta yang datang, tapi kalau pagi biasanya pada telat datang," ujar dia.

Satu lokomotif belum rampung dikerjakan, beberapa kepala kereta mengantre untuk dibersihkan. Pada Rabu kemarin, Junaidi kebagian shift pagi. Ia mulai bekerja pukul 08.00 WIB dan baru selesai pukul 11.30 WIB. "Hari ini hanya kebagian 10 lokomotif," kata pria berusia 28 tahun tersebut.

Pria asal Bekasi, Jawa Barat, itu menuturkan, ada beberapa kotoran yang sulit dibersihkan. Jika sudah begitu, pekerjaannya akan molor. "Harus pakai obat pembersih kalau nodanya susah hilang dan itu panas sekali di tangan," ucap dia.

"Yang paling mudah dibersihkan, biasanya rodanya, cukup dengan solar biasanya langsung bersih," kata Junaidi.

Soal bayaran, Junaidi mengaku mendapat upah dari seberapa banyak lokomotif yang dibersihkan. Setiap membersihkan satu lokomotif, Junaidi dan empat temannya mendapat Rp 10 ribu. "Kalau dapat 15 lokomotif berarti kita dapat Rp 150 ribu. Dan, upah itu dibagi lima orang kalau yang bersihinnya lima orang," kata Junaidi.

Rekan Junaidi, Rahmat, berharap gajinya yang tidak seberapa tidak sering telat. "Kita juga berharap dapat naik gaji. Kalau dihitung gaji kita hanya Rp 900 ribu per bulan," kata pria yang sudah 20 tahun bekerja sebagai pembersih lokomotif tersebut.

Pria berusia 57 tahun tersebut melanjutkan, "Mana ada saat ini pekerjaan di Jakarta yang digaji di bawah Rp 1 juta."

Ditemui di kantornya, Kepala Unit Pelaksana Teknis Depo Lokomotif Jatinegara Wahyudi menjelaskan, prosedur pengecekan dan pemeliharaan lokomotif adalah dengan membersihkan lokomotif. "Ini agar masinis dan asistennya nyaman dalam melakukan perjalanan," kata Wahyudi. rep: c81 ed: karta raharja ucu

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement