BALAI KOTA — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak akan melanjutkan proses pembelian bus Transjakarta buatan PT INKA. Disetopnya proses pembelian tersebut menyusul peristiwa patahnya bus gandeng Transjakarta, Kamis (7/8).
Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama beralasan, penyetopan pembelian bus lantaran PT INKA dinilai tidak memakai teknologi penyambungan bus sesuai standar internasional.
"Paling kita berhenti beli bus saja (dari PT INKA) kalau dia enggak jelas (teknologinya)," kata Basuki di Balai Kota, Jakarta, Senin (11/8).
Ahok, begitu ia biasa disapa, meminta PT INKA memberikan penjelasan terkait teknologi penyambungan yang digunakan pada bus gandeng Transjakarta yang patah tersebut. Mantan bupati Belitung Timur itu berkata, seharusnya dengan kondisi apa pun, jika teknologinya sesuai, kemungkinan kejadian patahnya penyambungan bus tidak akan terjadi.
Ia mencontohkan beberapa produsen bus gandeng di dunia kebanyakan menggunakan teknologi Volvo. "Yang jelas, kita anggap produk ini harus dicek. Kita mau tahu teknologi apa yang dipakai, kalau dia enggak ada teknologi yang jelas, berarti ada kemungkinan bisa patah lagi yang lain kan, " ujar pria kelahiran Manggar, Belitung Timur, tersebut.
Guna mengantisipasi kejadian serupa kembali terjadi, Pemprov DKI berkoordinasi dengan PT INKA. Ahok memastikan dalam waktu dekat akan meninjau ulang pembelian bus dari PT INKA.
"Dia sih janji mau kasih buat yang gede-gede, silakan saja. Kalau gitu, kita akan menahan. Kalau kami beli, kita tidak akan beli produk-produk yang patah itu," kata pria berusia 48 tahun itu.
Dari hasil penyelidikan, PT INKA menuding salah satu penyebab patahnya bus karena kelalaian pengemudi yang tidak mengikuti standar prosedur operasi (SOP), yakni memundurkan bus saat terjadi gangguan. Menurut General Manager PT INKA M Parmudya, karena pengemudi mencoba memundurkan bus itulah yang membuat baut penutup harmonika bus patah.
Bus gandeng Transjakarta yang patah di sambungan antarbus itu dari koridor 11 jurusan Kampung Melayu-Pulogebang. Akibatnya, bus itu terbelah menjadi dua bagian.
Kecelakaan itu terjadi di Jalan Raya Bekasi Timur, dekat flyover Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (7/8). Himawan (39), pramudi bus, menjelaskan, patahnya sambungan terjadi saat bus Transjakarta melewati tanggul. "Itu sudah terasa patah sedikit, kemudian berhenti pas di tengah lampu merah," katanya.
Ia berkata, setelah berkoordinasi dengan atasannya, Himawan mencoba memundurkan mobil. "Pas dimundurin, suspensi mesin belakang habis. Jadi, hanya menggerakkan bagian belakang saja, membuat penghubungnya semakin ngangkat," tutur Himawan.
Saat kejadian, kata Himawan, bus bernomor polisi B 7308 IV itu masih mengangkut puluhan penumpang. "Kejadiannya sekitar pukul 12.15 WIB. Penumpangnya sekitar 40 orang," kata Himawan.
Arson, pramudi cadangan bus, mengatakan, kualitas bus produksi Industri Kereta Api (INKA) itu jelek. "Sepuluh baut penghubungnya copot. Bus ini milik Pemda DKI," kata Arson.
Mogok
Bus Transjakarta Koridor 7A jurusan Harmoni-PGC Cililitan mogok di shelter Cawang Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jalan Mayjen Sutoyo, Senin (11/8). Petugas bus yang enggan disebutkan namanya mengatakan, mesin bus bernomor polisi B 7457 IX tersebut mati mendadak, "Tidak bisa distarter mesinnya," katanya.
Bus Transjakarta lainnya yang sempat tertahan terpaksa lewat jalur biasa. Rosmaidah (45), pedagang minuman ringan di shelter UKI, mengatakan, mogoknya bus tersebut sempat menyebabkan kemacetan lalu lintas. "Karena kan Transjakarta yang mau ke halte harus keluar jalur dulu, jadi bikin macet sebentar," ungkapnya.
Kepala Humas Unit Pengelola Transjakarta Sri Ulina Pinem mengaku belum mendapat laporan terkait mogoknya bus di Cawang. "Justru saya baru dapat info kalau ada bus yang mogok di Slipi," katanya. rep:c63/ c81 ed: karta raharja ucu