Pengelola Transjakarta diminta memperbaiki standardisasi pelayanan sebelum memperbanyak koridor.
BALAI KOTA --Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengakui Pemerintah Provinsi DKI belum mampu memiliki bus berkualitas dunia. Namun, Pemprov DKI akan menyediakan bus dengan kualitas tak kalah baik untuk di operasikan sebagai bus Transjakarta.
Foto:Republika/Rakhmawaty La'lang
Petugas menyelesaikan proyek pelebaran Halte Sarinah di Jalan MH Thmarin, Jakarta Pusat, Jumat (5/9).
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menarik 30 bus Transjakarta merek Yutong. Menurut Wakil Gu bernur DKI Basuki Tjahaja Purnama, penarikan paksa bus asal Cina itu dilakukan karena sudah tidak layak.
Puluhan bus merek Yutong yang dikandangkan kemudian di ganti dengan merek Zhongtong. "Ya emang mesti ditariklah. Kan sudah nggak layak. Harusnya kita punya bus harus setara dengan Mercedes Benz, dong," ujar Basuki di Jakarta, Kamis (4/9).
Mantan bupati Belitung Timur itu menilai, penggantian merek bus ini lebih baik ketimbang tidak ada bus yang beroperasi. Unit Pe ngelola (UP)Transjakarta sebelumnya menya takan bakal menarik armada bus Transjakarta merek Yutong, menyusul peristiwa terbakarnya salah satu bus tersebut di depan halte Masjid Agung Al Azhar, Jakarta Selatan.
"Total busnya berjumlah 30 unit, satu sudah terbakar jadi sisanya masih ada 29 unit. Sisanya itu mau kita tarik semua.
Kita maulakukan pemeriksaan secara menyeluruh," kata Kepala UP Transjakarta Pargaulan Butar Butar.
Kasus terbakarnya bus itu menurut Basuki menjadi pelajaran Pemprov DKI. Karena itu, pria yang akrab disapa Ahok itu menyatakan, pemprov segera membeli bus berstandar internasional. Agar penumpang menjadi lebih nyaman dan aman.
"Ini masalah tender saja makanya kita masih pakai produk Cina. Tahun depan kita udahpakai tender Jakarta jadi kalau busnya nggak standar internasional nggak boleh dibeli,"ujar pria yang akrab disapa Ahok, di Balai Kota, Jumat (5/9).
Basuki mengakui, keinginan Pemprov DKI menggunakan bus merek kelas dunia seperti Merce dez Benz atau Volvo belum kesampaian.
Mengapa bus TransJakarta hingga kini masih menggunakan merek-merek buatan Cina, kata Basuki, karena ada permainan spesifikasi tender. Barang produksi Cina selama ini dinilai lebih murah. "Persoalan ya gini, Cina bisa produksi yang kamu mau berapa? Jadinya semua orang demen masukin barang pakai produk Tiong kok, asal bisa mainan sama orang dalam,"
ujar mantan anggota DPR itu.
Pengamat transportasi, Darma ningtyas, ditemui Republika secara terpisah, mengapresiasi upaya Pemprov DKI mengurai kemacetan di Ibu Kota. Salah satunya menambah lajur operasional Transjakarta.
Namun, ia berpendapat, sebelum memperluas koridor, Pemprov DKI diminta membenahi semua masalah bus. "Tapi, bus Transjakarta yang beroperasi di Jakarta perlu dibenahi dulu," katanya, Jumat (5/9).
Setelah semua masalah yang kerap terjadi di bus Transjakarta selesai, baru Pemprov DKI fokus membenahi sarana dan prasarana, hingga masalah pelayanan.
"Optimalkan dulu semua pelayanan di Jakarta. Setelah optimal, baru actionBode tabek," ucap dia. rep:c66/ c62, ed:karta raharja ucu