Insiden terbakarnya kapal Zahro Express di perairan Kepulauan Seribu pekan lalu masih menyisakan luka bagi keluarga korban. Para penumpang yang awalnya ingin berwisata pada awal tahun baru justru harus menjadi korban kelalaian nakhoda kapal.
Petaka itu pun membuat seorang mahasiswi, Eti Kurniati (22 tahun), gagal meraih gelar sarjananya. Eti saat itu berniat untuk merampungkan skripsinya dengan melakukan penelitian di Kepulauan Seribu.
Berdasarkan pantauan Republika, pada Jumat (6/1) malam, tampak peti jenazah Eti diangkut oleh petugas untuk diserahkan kepada keluarganya di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Sanak keluarga Eti tampak menangisi Eti yang kini telah terbaring kaku dengan luka bakar 100 persen di dalam peti tersebut. Gelar sarjana Eti pun kandas dalam insiden yang menelan puluhan korban jiwa tersebut.
Kakak ipar Eti, Ai Teti (42), menceritakan, Eti merupakan seorang mahasiswi yang kuliah di Jurusan Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB). Sebetulnya, kata Ai, Eti saat itu berniat melakukan penelitian untuk menambah bahan skripsinya di Kepulauan Seribu. Kala itu Eti berangkat sendirian.
"Dia saat itu berangkat sendirian, mau nyusul teman-temannya untuk penelitian bahan skripsinya," ujar Ai saat ditemui di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Menurut Ai, sebetulnya adik iparnya tersebut akan menjalani sidang skripsi pada Maret 2017. Tetapi, keinginan Eti kandas dalam insiden yang terjadi pada Ahad (1/1) tersebut.
Ai menuturkan, Eti merupakan anak bungsu dari enam bersaudara. Eti merupakan sosok yang sangat sayang pada orang tuanya. Bahkan, kata Ai, Eti pernah berkata bahwa dirinya tak akan menikah sebelum bisa membahagiakan kedua orang tuanya. "Cita-cita dia mau membahagiakan ibu dan bapaknya dan dia ingin lulus sarjana," kata Ai dengan mata berkaca-kaca.
Jenazah Eti dapat dipastikan oleh kepolisian setelah lima hari proses identifikasi. Eti merupakan salah satu korban terakhir yang dapat teridentifikasi di RS Polri. Jasad Eti diserahkan kepada pihak keluarga bersama korban lainnya bernama Afriana.
Humas RS Polri Kombes Polisi Luh Ike Kristiani mengatakan, selama lima hari proses identifikasi tersebut, tim Disaster Victim Identification (DVI) telah bekerja semaksimal mungkin dengan menghubungi pihak keluarga sehingga data-data korban yang mengalami luka bakar 100 persen dapat teridentifikasi.
Karena itu, dari 23 korban tewas yang dibawa ke RS Polri kini sudah teridentifikasi semua. Rata-rata puluhan korban tersebut teridentifikasi lewat gigi mereka. "Selama hari ini, kami menghubungi keluarga untuk mendapatkan data-data. Sudah habis teridentifikasi semua. Terakhir ini bernama Arfiana dan Eti Kurniati," ujar Ike kepada Republika menjelang penyerahan jenazah Eti.
Di Kepulauan Seribu, warga Pulau Pramuka, Kecamatan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, menggelar tabligh akbar untuk meningkatkan ketakwaan dan keimanan serta doa bersama agar terhindar dari bala bencana. Soleh (48), warga Pulau Pramuka sekaligus sekretaris panitia tabligh akbar, menjelaskan, pada akhir tahun lalu dan awal tahun ini begitu banyak musibah di Kepulauan Seribu.
Musibah itu antara lain puting beliung di Pulau Tidung, tenggelamnya tiga orang wisatawan yang memancing di Pulau Tidung, hingga tragedi terbakarnya KM Zahro Express. "Hal ini menjadi peringatan kita bersama, menjadi teguran untuk warga di sekitar Pulau Seribu," ujarnya saat ditemui di Pulau Pramuka, Ahad (8/1). rep: Muhyiddin, Singgih Wiryono, ed: Endro Yuwanto