REPUBLIKA.CO.ID,STRASBOURG--Uni Eropa akan membuka kantor di kota Benghazi yang dikuasai pemberontak Libya untuk menopang bantuan pada oposisi yang memerangi Muamar Qaddafi itu, kata kepala kebijakan luar negeri EU Catherine Ashton, Rabu. "Saya bermaksud untuk membuka kantor di Benghazi agar supaya kami dapat menggerakkan maju bantuan yang telah kami bicarakan dengan orang-orang itu (pemberontak)," ujar Ashton pada Parlemen Eropa.
Maksud kantor baru itu adalah "untuk membantu masyarakat sipil, untuk membantu dewan nasional sementara ... untuk membantu perbaikan sektor keamanan, untuk membantu apa yang orang-orang itu minta pada kita", ia menambakan.
"Mereka mengiginkan kesehatan dan pendidikan, perawatan kesehatan, keamanan di perbatasan, macam dukungan yang dapat kita berikan pada mereka dan ingin kita berikan pada mereka."
Pernyataannya itu dibuat pada hari yang sama ketika pemimpin pemberontak Mahmud Jibril, dari Dewan Transisi Nasional pemberontak, akan bertemu dengan para anggota penting parlemen AS.
AS belum mengakui NTC sebagai wakil sah rakyat Libya. Prancis, Italia, Qatar dan Gambia telah siap membuat (pengakuan) itu. NATO yang melakukan serangan udara terhadap pasukan pro Qaddafi untuk melindungi warga sipil, telah memutuskan untuk mendirikan pos sipilnya sendiri di Benghazi dalam upaya untuk meningkatkan kontak politik dengan pemberontak.
Inggris, Prancis dan Italia secara terpisah telah mengirim puluhan penasehat militer khusus ke Benghazi. Oposisi pemberontak telah memerangi loyalis Qaddafi sejak rezim itu menumpas pemberontakan pro-pembaruan pada pettengahan Februari lalu.
Kekuatan-kekuatan besar internasional telah sepakat pekan lalu untuk membentuk dana baru guna membantu pemberontak dan berjanji untuk menarik aset pemerintah Qaddafi yang dibekukan. Pemberontak juga minta masyarakat internasional untuk mengirimi mereka senjata terdepan guna memecahkan kebuntuan di medan tempur, tapi masyarakat interbeasional berbeda pendapat perihal mempersenjatai pemberontak itu.
AS, Inggris dan Prancis telah melancarkan gelombang pertama serangan udara dan rudal jelajah terhadap pemerintah Qaddafi pada 19 Maret untuk mencegah orang kuat itu menghancurkan pemberontakan tersebut.