Selasa 24 May 2011 14:46 WIB

Pasokan Jepang Turun plus Takut Radioaktif, Importir Ikan Cari Alternatif Lain

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Ikan kalengan (ilustrasi)
Foto: Corbis.com
Ikan kalengan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (APIKI) menyatakan saat ini banyak anggotanya mencari negara eksportir ikan lain setelah produksi ikan Jepang menurun. Penurunan produksi ikan Jepang hingga 30 persen diakibatkan gempa dan bocornya reaktor nuklir Maret lalu membuat importir kekurangan pasokan bahan baku untuk pengalengan ikan.

Rata-rata kebutuhan tiap importir sekitar 1.000 ton per bulan. Tapi saat ini hanya bisa dipenuhi sekitar 500 ton. ‘’Makanya pengusaha coba alihkan ke eksportir ikan asal Cina,’’ ucapnya di Jakarta, Senin (23/5).

Menurut Hendri saat ini banyak pengusaha yang beralih ke eksportir ikan Cina, selain karena penurunan produksi, importir juga takut dengan potensi radioaktif mencemari produk ikan Jepang  selain karena penurunan produksi di sana. Umumnya ikan yang diimpor ialah makarel yang sudah dikalengkan.

Hanya saja, timbul masalah lain terkait pengalihan impor ikan Cina yakni harga ikan impor Cina yang meningkat hingga 30 persen. Jika sebelum dibutuhkan harganya 800 dolar per metric ton, saat ini mencapai 1.200 dolar per metric ton.

Akibat kenaikan harga ikan impor maka harga jual ikan kaleng di dalam negeri rata-rata ikut naik 10-15 persen. ''Kalau untuk pengalengan, banyak impor ikan sarden dan lemuru. Karena sudah setahun ini tangkapan lokal di Selat Bali kosong,'' ucapnya.

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Victor Nikijuluw mengakui kebutuhan pasar dunia yang dipasok dari Jepang menurun 20-25 persen. Situasi terjadi karena gempa yang diikuti Tsunami maret lalu menghancurkan penyimpanan beku di beberapa propinsi penghasil ikannya.

Sejak itu, kata Victor, Jepang merelokasi industri pengolahan ikannya ke tiga negara yakni Vietnam, Cina, dan Thailand. Produksi ikan tangkap Jepang menurun 11 persen sejak gempa dan tsunami Maret lalu. Sedangkan ikan budidaya Jepang menurun hingga 17 persen.

Hanya saja sebenarnya penurunan ini tidak jadi masalah. Hal ini karena Indonesia tak banyak mengimpor ikan dari Jepang ‘’Kita itu lebih banyak ekspor dibandingkan impor,’’ ucapnya. Bahkan menurut dia angka ekspor Indonesia saja bisa mencapai 500 juta dolar per tahun. Angka itu sebagian besar berasal dari ekspor ke amerika yang mencapai 30 persen total ekspor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement