REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA  --  Ketua Komite Normalisasi (KN), Agum Gumelar optimistis akan sukses memperjuangkan Indonesia di hadapan FIFA hari ini, Ahad (28/5). Agum mengatakan tidak ada alasan bagi FIFA untuk memberi sanksi kepada Indonesia karena KN telah menjalankan instruksi mereka hingga berlangsungnya kongres 20 Mei yang lalu.

"Nanti saya akan sampaikan kepada FIFA bahwa jalannya kongres kemarin tidak menjadi keinginan 99 persen masyarakat Indonesia," ujar Agum Sabtu (28/5) sore.

Meskipun optimistis, Agum mengibaratkan pertemuannya dengan FIFA nanti sebagai sebuah perjuangan berat. Ia mengibaratkan peluang Indonesia tidak terkena sanksi FIFA bagaikan setetes air. "Meskipun hanya setetes akan tetap kami perjuangkan," ujar Agum.

Jika dilihat dari situasi saat jalannya kongres 20 Mei lalu, peluang Indonesia tidak mendapatkan sanksi, kata Agum, memang tipis. Apalagi AFC telah memberi rekomendasi kepada FIFA untuk menghukum Indonesia.

Namun sebenarnya tidak ada alasan bagi FIFA untuk menghukum Indonesia mengingat KN telah menjalankan instruksi FIFA sejak terbentuk 4 April lalu. "Saya sendiri telah menulis surat kepada Sepp Blatter tentang kondisi kebatinan bangsa ini usai kejadian pada kongres. Saya harap ia memahami dan mengerti," kata Agum.

Agum berangkat ke Zurich bersama dengan anggota KN, Joko Driyono, Ahad (29/5) dini hari. Beberapa perwakilan dari Menpora, KONI, dan Komisi X DPR yang direncakanan turut serta dalam perjalanan tersebut gagal berangkat akibat permasalahan visa. Ia belum mendapatkan konfirmasi bakal bertemu Blatter dan baru diagendakan bertemu dengan Direktur Keanggotan dan Pengembangan Asosiasi FIFA, Thierry Regenass

Agum juga mengaku telah mendapatkan titipan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga mengharapkan Indonesia tidak terkena sanksi FIFA. Selain itu Agum juga mengaku mendapatkan dukungan dari masyarakat pecinta sepakbola serta para suporter sepakbola. Aspirasi para anggota Komisi X DPR yang sebelumnya juga mayoritas mendukung Agum juga telah disampaikan kepada FIFA melalui surat.

Ikuti Whatsapp Channel Republika