Jumat 10 Jun 2011 12:58 WIB

Dua Titik Krusial Sistem Pertahanan RI Versi Golkar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI yang membidangi pertahanan, luar negeri, intelijen, komunikasi dan informatika, Fayakhun Andriadi menegaskan, ada dua persoalan krusial yang dihadapi sistem pertahanan nasional. "Dua masalah utama yang mempengaruhi kondisi sistem pertahanan nasional kita itu, ialah menyangkut pengadaan dan pemeliharaan alat utama sistem persenjataan (alutsista)," kata di Jakarta, Jumat (10/6).

Dari dua permasalahan tersebut, menurut dia, juga ada dua hal selama ini ditengarai menjadi penghambat utama dalam upaya mendukung pengadaan dan pemeliharaan alutsista. "Yaitu, pertama, keterbatasan anggaran dan kedua rendahnya dukungan atau 'political will' pemerintah terhadap pengembangan industri strategis nasional," kata DPR dari Fraksi Partai Golkar itu.

Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Pertahanan (Kemhan), kebutuhan anggaran dalam setiap tahunnya ternyata belum diikuti oleh keinginan (political will) pemerintah untuk memenuhinya. "Kesenjangan antara keduanya terkadang mencapai 400 persen. Sejak tahun 2005 hingga 2010, usulan yang diajukan Kemhan terus mengalami peningkatan," katanya.

Pada 2005 saja, misalnya, dia menunjuk anggaran yang diajukan sebesar Rp 45,022 triliun, sementara yang disetujui hanya Rp 23,1 triliun. Lalu pada 2008 dan 2009, masing-masing usulan Rp 100,5 triliun serta Rp 127,1 triliun. "Namun realisasinya hanya Rp 32,8 dan Rp 33,6 triliun. Begitu juga dengan tahun 2010, anggaran yang diajukan sebesar Rp 158,1 triliun, sementara realisasinya hanya sebesar Rp 40,6 triliun," katanya.

Artinya, demikian Fayakhun Andriadi, belum terlihat niat eksekutif kita untuk memenuhi harapan serta kehendak rakyat untuk memiliki sistem pertahanan nasional yang tangguh. "Jika begini terus, jangan heran kita sering ditekan tetangga yang memang saya yakin mengetahui persis kekuatan serta sistem pertahanan kita," katanya.

Malah dalam bidang diplomasi internasional di bidang apa pun, menurut dia, kekuatan pertahanan nasional suatu negara akan selalu berpengaruh. "Diplomasi yang tangguh mestinya 'kan didukung kekuatan serta sistem pertahanan yang dahsyat pula," kata Fayakhun Andriadi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement