REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada Kamis (15/6) membantah klaim-klaim bahwa pihaknya melakukan satu serangan udara terhadap sebuah bus di kota Libya selatan Kikla, setelah televisi negara melaporkan bahwa 12 penumpang tewas dalam serangan tersebut. "NATO tidak melakukan suatu serangan udara di kota itu kemarin (Rabu-Red)," kata seorang perwira senior dalam aliansi itu yang tak bersedia disebut namanya kepada AFP.
Televisi negara Libya mengatakan pada Rabu, bahwa bus itu dihantam saat memasuki kota Kikla, "menyebabkan 12 dari penumpangnya mati syahid." Sementara itu sebanyak dua ledakan mengguncang Tripoli tengah, Selasa larut malam (14/6), setelah tiga hari terhentinya serangan udara NATO yang ditujukan ke ibu kota Libya setiap hari selama beberapa pekan, kata seorang wartawan AFP.
Suara ledakan tersebut terdengar sekitar pukul 23.30 waktu setempat (Rabu, 04.30 WIB). Asap hitam terlihat membubung dari satu tempat tak jauh dari pusat kota itu, kata beberapa saksi mata yang dikutip AFP.
Kantor berita resmi Libya, Jana, melaporkan setelah ledakan beberapa tempat sipil di kabupaten Al-Ferjan telah menjadi sasaran serangan NATO, kaum kolonialis, agresor, dan serangan tersebut telah membuat beberapa rumah warga sipil terbakar. Sejumlah orang telah cedera, tambah Jana tanpa memberi perincian lebih lanjut.
Ibu kota Libya itu dan daerah pinggirannya telah menjadi sasaran serangan hampir setiap hari NATO sejak persekutuan Barat itu memulai operasi militernya pada 31 Maret, satu bulan setelah perlawanan terhadap Muamar Gaddafi. Stasiun TV Libya menyatakan pemboman Selasa malam telah mengenai sasaran sipil dan militer di Firnag, salah satu permukiman terbesar di ibu kota Libya, dan Ain Zara. Menurut televisi tersebut, ada korban jiwa namun belum diketahui berapa jumlahnya.