REPUBLIKA.CO.ID,ISLAMABAD--Diplomat tinggi Pakistan dan India akan bertemu di Islamabad pekan depan untuk membahas Kashmir serta permasalahan keamanan dan perdamaian, kata Kementerian Luar Negeri Pakistan, Jumat. Kedua negara itu pada Februari mengumumkan pembukaan kembali perundingan perdamaian setelah pertemuan antara Sekretaris Luar Negeri Pakistan Salman Bashir dan mitranya dari India, Nirupama Rao, di ibu kota Bhutan, Thimphu.
"Sekretaris luar negeri India dan Pakistan akan bertemu di Islamabad pada 23 dan 24 Juni," kata juru bicara kementerian luar negeri Tehmina Janjua dalam sebuah pernyataan. Mereka akan membahas "perdamaian dan keamanan, termasuk langkah-langkah pembangunan kepercayaan, Jammu dan Kashmir, serta promosi pertukaran persahabatan," kata pernyataan itu.
Kedua negara Asia Selatan yang bersaing itu membekukan perundingan lebih dari dua tahun lalu setelah sejumlah orang bersenjata membunuh 166 orang di Mumbai. Masyarakat internasional mendorong kedua pihak kembali ke meja perundingan untuk membantu meredakan ketegangan di kawasan yang sudah bergolak itu. Hubungan antara India dan Pakistan, yang terlibat dalam tiga perang sejak pembelahan anak benua itu pada 1947, dilanda sengketa-sengketa perbatasan dan sumber daya, dan tuduhan mengenai serangan gerilyawan Pakistan ke Kashmir India.
Kashmir India tahun lalu dilanda protes terbesar terhadap kekuasaan India, yang menewaskan lebih dari 110 pemrotes, sebagian besar akibat tembakan polisi terhadap pemuda pelempar batu.
Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an. Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.
New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri. Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan. Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.
Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan. New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang. India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.
Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut. India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.