Kamis 07 Jul 2011 19:12 WIB

Keluarga Pembantaian Srebenica Menang Gugatan atas Pasukan PBB yang Dituduh tak Lindungi Korban

Foto pada 13 Juli 1995, tampak dua tentara Pasukan PBB asal Belanda duduk di atas APC melihat warga Muslim Srebenica berkumpul di desa Potomari sebelum digiring oleh tentara Serbia.
Foto: AP
Foto pada 13 Juli 1995, tampak dua tentara Pasukan PBB asal Belanda duduk di atas APC melihat warga Muslim Srebenica berkumpul di desa Potomari sebelum digiring oleh tentara Serbia.

REPUBLIKA.CO.ID, THE HAGUE, BELANDA - Belanda secara tak langsung bertanggung jawab atas kematian tiga pria Muslim Bosnia yang dibantai oleh Serbia dalam pembantaian Srebrenica pada 1995. Itulah keputusan hakim dalam gugatan sipil, pekan ini. Pengadilan jugam memerintahkan pemerintah Belanda untuk membayar kompensasi yang ditentukan kepada keluarg korban.

Keputusan itu menjadi angin segar karena berpotensi membuka jalan kompensasi lain yang diajukan oleh keluarga korban, maupun korban selamat. Keluarga korban pembantaian itu mengklaim anggota keluarga pria mereka yang terbunuh seharusnya dilindungi oleh pasukan perdamaian PBB asal Belanda yang bertugas di zona aman PBB, dekat Srebenica selama perang Bosnia 1992-1995. Dalam persidangan sebelumnya, juga di The Hague, klaim itu ditolak pengadilan.

Keputusan tersebut dinilai memberi dampak lebih luas, terutama kepada negara-negara yang mengirim tentara perdamaian. Pasalnya pemerintah sebuah negara mungkin untuk dibawah ke pengadilan gara-gara sikap yang diambil tentara mereka ketika berada di bawah misi PBB.

Kasus itu dibawa ke pengadilan oleh Hasan Nuhanovic, seorang intepreter yang kehilangan ayah dan adiknya serta kerabatnya, Rizo Mustafic. Mereka dibunuh dalam pembantaian massal tersebut.

Hasan berargumen ketiga pria tadi seharusnya dilindungi oleh pasukan keamanan PBB asal Belnda. Mustafic dan Nuhanovic saat itu bekerja untuk pasukan perdamaian PBB, namun ayah dan saudara Nuhanovic tidak.

Sekitar 600 jenazah yang digali dari kuburan massal di kota itu tahun lalu telah diidentifikasi dengan tes DNA. Mereka akan dikebumikan lagi dengan upacara layak pada Senin pekan depan sebagai bagian peringatan ke-16 pembantaian terburuk di Eropa setelah Perang Dunia II.

"Saya sangat gembira, akhirnya," ujar Mustafic. "Ini kasus lama dan rasanya melegakan khususnya karen saya akan menguburkan ayah saya pada tanggal 11 nanti secara layak.

Korban adalah salah satu dari ribuan Muslim yang berlindung di bangunan PBB, ketika pasukan Serbia yang dikomandoi, Jendral Ratko Mladic, pada 11 Juli, 1995 lalu kian beringas dan mencapai rekor kejahatannya paling berdarah pada perang Bosnia (1992-1995) yang merenggut sekitar 100 ribua nyawa.

Dua hari setelah itu, pasukan perdamaian Belanda yang kalah jumlah dipaksa tunduk oleh tekanan tentara Mladic hingga memaksa ribuan keluarga Muslim keluar dari perlindungan PBB di zona aman. Tentara Serbia kemudian menyortir warga Muslim berdasar gender dan mengangkut warga pria ke dalam truk dan mengeksekusi sekitar 8.000 pria dewasa dan bocah lelaki Muslim. Tubuh-tubuh korban tadi dilempar dengan kasar ke lubang besar yang menjadi kuburan massal. Pengadilan Internasional dalam putusannya menegaskan itu adalah tindakan genosida.

sumber : Arab News
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement