REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO - Perdana menteri sementara Mesir telah menunjuk seorang pakar ekonomi veteran dan seorang aktivis partai liberal sebagai wakilnya, Sabtu (16/7), dalam perombakan kabinet yang ditujukan untuk menenangkan demonstran yang berkemah di Kairo pusat. Essam Sharaf telah menunjuk mantan pejabat PBB dan guru besar ekonomi, Hazem Beblawi, dan Ali al-Silmi, seorang anggota senior partai liberal Wafd.
Beblawi, seorang bekas wakil ketua Komisi Sosial dan Ekonomi PBB untuk Asia Barat, akan mengawasi kebijakan ekonomi dalam kabinet baru. ''Kabar pengangkatan ini diperkirakan akan diungkapkan pada Senin (18/7),'' sebut kantor berita resmi MENA melaporkan. ''Silmi akan menangani masalah transisi demokratis."
Para demonstran telah melakukan aksi duduk selama sepekan di Lapangan Tahrir, Kairo, yang menjadi pusat demonstrasi seluruh negeri yang memaksa presiden Hosni Mubatak mundur pada Februari lalu. Demonstrasi berikutnya telah meyakinkan militer, yang secara sementara mengambil kekuasaan, untuk memecat para anggota kabinet Mubarak yang masih selamat pada Maret lalu dan menunjuk pemerintah sementara baru yang dipimpin oleh Sharaf yang pro-demonstrasi.
Para demonstran sekarang menginginkan peralihan yang bertalian secara logis dengan pemerintahan sipil dan pengadilan cepat terhadap para pejabat bekas rezim yang bertanggungjawab pada pembunuhan para demonstran anti-rezim dalam demonstrasi itu.
Media negara melaporkan bahwa sebanyak 15 menteri akan diganti pada Senin. Sharaf Jumat lalu berjanji bahwa perubahan menteri-menteri baru itu merupakan awal yang sederhana. "Saya akan bekerja keras untuk mencapai aspirasi anda," ia menulis pada halaman Facebook-nya.
Sharaf, yang telah memerintahkan pemecatan ratusan pejabat senior kementerian dalam negeri, mengharapkan kabinet baru itu akan memuaskan para aktivis sekaligus membantu negara itu pulih secara ekonomi.
Mesir telah menyaksikan penurunan cepat dalam pariwisata. Pengangguran meningkat sejak pergolakan. Para investor masih bimbang karena kerusuhan sporadis dan kadang-kadang mematikan di negara paling padat penduduknya di dunia Arab itu.