Oleh: DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal
Selanjutnya, lapisan bebatuan yang terdapat di bumi, juga terdiri dari berbagai macam jenis unsur logam yang terbentuk karena proses gabungan beberapa unsur kimia dan fisika. Unsur logam ini terbagi dalam dua bagian. Pertama adalah logam silikat, di mana unsur utama pembentukannya adalah silikon ditambah dengan unsur-unsur kimia yang lain. Kedua logam non-silikat di mana dalam unsur pembentukannya tidak terdapat unsur silikon.
Dalam pembentukan suatu jenis logam, unsur yang dibutuhkan bisa berjumlah satu atau lebih yang saling menyatu dengan suatu proses tertentu. Namun untuk membantu proses pembentukannya, setiap logam membutuhkan energi tertentu sehingga proses pemnbetukannya dimungkinkan. Dan pembentukan logam ini tidak bisa terjadi kecuali jika tingkatan energinya berada pada titik terendah.
Al-Qur'an telah memberikan isyaratnya berkaitan dengan bebatuan dan unsur logam yang terdapat pada lapisan bebatuan pembentuk bumi. Di antaranya, Al-Qur'an menyebutkan tentang pembentukan warna pada bebatuan yang terdapat di lapisan bumi yang berbentuk batu, yang mempunyai pengaruh pada warna logam yang dikandungnya. Berdasarkan Al-Qur'an, pembentukan warna-warna bebatuan disebabkan oleh reaksi kimia, seperti larutan air, pencairan, zat hidrat dan zat asam karbon, dan seterusnya.
Dalam surah Fathir ayat 27 Allah SWT berfirman: "Tidakkah kamu melihat bahwasannya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka ragam macam jenisnya (warnanya). Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat."
Ayat di atas memberi petunjuk bahwa sebab dari terbentuknya gunung yang berwarna putih atau merah adalah air. Dan ini adalah isyarat bahwa air mempunyai pengaruh dalam reaksi kimia yang menyebabkan warna pada bebatuan dan tambang.
Dalam bagian lain, Al-Qur'an memberikan isyaratnya pada surah Al-Hadid ayat 25. Allah SWT berfirman: "Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat." Ayat ini menyebutkan salah satu unsur terpenting yang terdapat pada lapisan bebatuan yang ada di dalam bumi, yaitu unsur besi.
Berdasarkan penelitian para ahli, pembentukan unsur besi mustahil terjadi di dalam perut bumi, karena dalam pembetukannya ia membutuhkan energi yang banyak dan sulit tersedia di dalamnya. Karenanya mereka menyimpulkan bahwa unsur besi telah terbentuk di planet lain yang di dalamnya tersedia energi yang memungkinkan pembentukannya. Kemudian unsur besi ini dibawa atau dipindahkan ke bumi dengan satu mekanisme yang tidak diketahui secara pasti.
Cara ungkapan Al-Qur'an dengan menggunakan kata ‘kami turunkan’ menjelaskan peristiwa turunnya unsur besi ini. Karena turunnya sesuatu tidak mungkin terjadi kecuali dari daratan tingi ke daratan rendah. Dan tingkat ketinggian dan kerendahan itu, tidak lain, melainkan tingkat ketinggian dan kerendahan energi yang dibutuhkan dalam pembentukan unsur besi.
Al-Qur'an dalam bagian lainnya menyebutkan fenomena alamiah lain yang berkaitan dengan lapisan bebatuan, yaitu apa yang biasanya disebut dengan lempengan tektonik. Dalam surah Ath-Thariq ayat 12 Allah SWT berfirman: "Dan bumi yang mempunyai ‘rekahan’."
Peristiwa rekahan yang terjadi di kulit bumi, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas, terjadi karena lipatan yang terjadi pada lempengan tektonik yang membentuk struktur bumi. Di mana lipatan ini berpengaruh kepada terbelahnya lapisan bebatuan yang ada di perut bumi dan terbentuknya lubang besar, sehingga tercipta palung besar yang membentuk lautan dan samudera. Contohnya palung yang terdapat di Laut Merah yang berasal dari lubang besar di daratan afrika.
Petunjuk lain yang disampaikan Al-Qur'an dan berkaitan dengan lapisan bebatuan yang terdapat di bumi adalah penjelasannya tentang pembagian ketebalan lapisan bebatuan tersebut. Berdasarkan pengamatan para ahli geologi dan geofisika, kesimpulan yang diambil menyatakan bahwa ketebalan yang terdapat pada bebatuan di bagian inti bumi lebih besar daripada yang terdapat pada bebatuan di bagian kulit bumi. Karenanya berat bumi terletak di intinya bukan di kulitnya. Dan penelitian para ahli juga memberi petunjuk bahwa bumi bisa menumpahkan isinya yang terdiri dari bebatuan-bebatuan besar ketika terjadi letusan gunung atau gempa yang dahsyat.
Dalam hal ini, Allah SWT berfirman dalam surat Az-Zilzalah ayat 1 dan 2: "Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat). Dan bumi telah mengeluarkan bahan-bahan berat (yang dikandung)nya."
Hakikat ilmiah pertama yang terdapat dalam ayat di atas, adalah ketebalan lapisan bebatuan di bagian inti bumi dibandingkan dengan lapisan bebatuan yang terdapat di kulit bumi. Hakikat yang kedua adalah gelombang gempa yang dahsyat dapat menyebabkan bumi mengeluarkan kandungan batu-batu besar yang terdapat di dalamnya ke permukaan bumi.
Selanjutnya, selain beberapa hal yang telah disebutkan di atas, kita mendapatkan Al-Qur'an membicarakan beberapa petunjuk lainnya berkenaan dengan terdapatnya lapisan air yang terdapat di antara lapisan bebatuan pembentuk bumi bersama dengan lapisan udara yang terletak pada celah-celah di sekitar lapisan bebatuan yang ada. Lapisan air ini juga tersedia dalam jumlah yang lebih banyak di lautan, samudera dan sungai, sehingga membentuk permukaan air yang mengelilingi semua permukaan bumi.
Fungsi dari air ini sangat esensial sekali. Karena ia adalah salah satu unsur terpenting yang menyebabkan keberlangsungan kehidupan di muka bumi ini. Air bermanfaat membantu tumbuh-tumbuhan dalam perkembangannya untuk menghasilkan bahan makanan yang dimanfaatkan oleh hewan dan manusia. Ia juga bermanfaat dalam setiap proses kehidupan bagi segenap makhluk hidup yang terdapat di muka bumi ini.
Berdasarkan penelitian geologi, unsur air terbentuk setelah terlepasnya bumi dari matahari dalam bentuk gumpalan gas yang memiliki tingkat panas yang sangat tinggi. Kemudian bumi, setelah melalui proses tertentu menjadi dingin yang akibatnya menghasilkan lapisan bebatuan, gas dan air di dalamnya. Karenanya dikatakan bahwa air yang terdapat di planet bumi berasal dari bumi itu sendiri.
Al-Qur'an sejak 14 abad yang lalu telah mengisyaratkan hal ini dalam surah An-Naziat ayat 31. Allah SWT berfirman: "Dia memancarkan daripadanya (bumi) mata airnya dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya."
Selanjutnya dalam bagian lain, Al-Qur'an menjelaskan tentang proses air yang terdapat di samudera dan lautan yang berubah dari bentuk cairnya ke dalam bentuk uap atau awan yang selanjutnya berubah menjadi tetesan air berupa hujan yang diturunkan ke bumi sehingga terbentuk sungai-sungai dan saluran-saluran air yang menyimpan air tawar. Sebagian dari air hujan ini meresap ke dalam perut bumi dan berkumpul menciptakan sungai-sungai yang terdapat di dalam perut bumi, atau naik ke arah permukaan bumi dalam bentuk sumur dan mata air.
Hakikat ilmiah ini dijelaskan oleh Al-Qur'an dalam surah An-Nur ayat 43. Allah SWT berfirman: "Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya."
Dan dalam surah An-Naml ayat 60 Allah SWT berfirman: "Dan Dia yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah."
Yang dimaksud dengan ‘menurunkan air untukmu dari langit’ adalah turunnya hujan dari awan ke permukaan bumi, untuk menghidupkan bumi sehingga ia dapat mengeluarkan berbagai tumbuhan dengan buah-buahannya yang beraneka ragam jenis dan warnanya.