Selasa 09 Jul 2024 10:12 WIB

Hujan pada Puncak Kemarau, Begini Tafsir Meteorologi Ayat-Ayat Alquran

Alqur'an telah mengisyaratkan proses yang terjadi di dalam atmosfer sebelum hujan.

Badai kuat Beryl di Karibia, hujan deras di Tiongkok, India, hingga Serbia, membuat ahli cuaca mengingatkan kembali dampak perubahan iklim.
Foto: Tangkapan Layar/VOA
Badai kuat Beryl di Karibia, hujan deras di Tiongkok, India, hingga Serbia, membuat ahli cuaca mengingatkan kembali dampak perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergeseran cuaca akhir-akhir ini kerap terjadi akibat perubahan iklim. Memasuki Juli yang menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai puncak kemarau pun ternyata kerap  hujan di sejumlah daerah. Perubahan tersebut bisa dijelaskan dengan ilmu meteorologi yang merupakan kajian saintifik tentang atmosfer dan berbagai proses yang berlaku di dalamnya.

Meteorologi merupakan disiplin ilmu yang menghasilkan berbagai kajian sains, seperti klimatologi (kajian tentang iklim), hidrologi, strata vegetasi, botani, zoologi, dan biogeografi. Oleh karena itu, disiplin ilmu ini membicarakan tentang banyak hal yang terkait dengan atmosfer bumi, seperti cahaya, suhu udara, arah pergerakan angin, pembentukan awan, radiasi elektromagnetik, tekanan udara, dan seterusnya. 

Baca Juga

BACA JUGA: The Story of Samson in Islam

Dikutip dari Tafsir Alquran Tematik tentang Pelestarian Lingkungan Hidup terbitan Balitbang Kemenag, secara global beberapa ayat Alquran yang berkaitan dengan meteorologi, antara lain sebagai berikut.

  1. Surah Al-A‘rāf 7: 57
  2. An-Nahl 16: 65
  3. Al-Mu′minūn 23: 18
  4. An-Nūr 24: 43
  5. Al-Furqān 25: 48-50
  6. Ar- Rūm 30: 48
  7. As-Sajadah 32: 27
  8. Fushilat 41: 39
  9. Al-Mulk 67: 30

Kesemua ayat-ayat tersebut adalah ayat-ayat Makkiyyah, kecuali an-Nūr 24: 43 yang merupakan ayat Madaniyyah. Dalam Surah ar-Rum 30: 48, misalnya, Allah subhanahu wa taala berfirman:

"Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba- hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka bergembira." (ar- Rūm 30: 48) 

photo
Penumpang kereta berjalan melewati genangan air di Mumbai, India, Senin (8/7/2024). Banjir setinggi sekitar 40 centimeter disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi. - (AP Photo/Rafiq Maqbool)

Pada ayat ini, Alqur'an telah mengisyaratkan tentang proses yang terjadi di dalam atmosfer sebelum hujan turun. Dimulai dengan awan bergerak (dengan bantuan angin), lalu awan membentang, kemudian bergumpal, dan hujan pun turun. 

Sementara dalam Surah an-Nūr 24: 43, sehubungan dengan fenomena hujan, terdapat isyarat yang tidak persis sama dengan isyarat pada Surah ar-Rūm 30: 48 di atas. Di dalam Surah an-Nūr Allah Ta‘ālā berfirman:

"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah- celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (QS an- Nūr 24: 43)

Peran atmosfer...

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement