Ahad 14 Aug 2011 13:22 WIB

Derita Muslimah Kulit Putih AS, Dicurigai dan Shalat di 'Punishment Box'

Muslimah AS
Foto: voa
Muslimah AS

REPUBLIKA.CO.ID, Sekilas, Fatima tampak seperti perempuan Muslim biasa. Perempuan paruh baya ini memakai jilbab dan mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya. Yang membedakan adalah Fatima warga kulit putih Amerika yang telah memeluk Islam selama lebih dari 18 tahun.

Di sebuah media, Fatima mengatakan bahwa ketika ia pindah ke wilayah ini, ia tergerak untuk berkumpul dengan sesama Muslim, tetapi saat itu ketika peristiwa 11 September baru saja terjadi.

Namun, suasana di masjid-masjid yang ia datangi terasa kurang nyaman dan penuh kecurigaan. Kondisi ini menjadi lebih buruk baginya karena warna kulitnya yang putih sering menjadi sumber kecurigaan bahwa ia bekerja sebagai mata-mata.

Di Washington DC, ia mengamati bahwa perempuan cenderung terpinggirkan dalam kehidupan sosial masyarakat Muslim. Menurut Fatima, di kebanyakan masjid, perempuan ditempatkan di bagian terpisah, terkadang di sebuah sudut kecil menyerupai gudang.

Di Pusat Kajian Islam atau Islamic Center di Washington, DC perempuan bahkan ditempatkan di sudut kecil yang disekat kayu kecil setinggi dua meter yang oleh Fatima disebut 'punishment box'.

Ia mengatakan, "saya shalat di tempat itu dan terpaksa melakukannya di dalam sekat-sekat kayu setinggi dua meter di sudut mesjid tersebut. Itu menghambat saya mengikuti shalat berjamaah, menikmati indahnya arkitektur mesjid itu. Di Amerika, secara umum, ada kecenderungan untuk memisahkan perempuan dan masjid."

Fatima bersama beberapa rekannya di Muslim Progressive DC yang dipimpinnya melakukan berbagai aksi stand in, yaitu masuk ke mesjid dan mengupayakan shalat berjamaah di luar "punishment box" di ruangan utama di belakang shaf laki-laki.

Fatima mengatakan bahwa dampak aktivitas bersama rekan-rekannya mulai terasa, setelah beberapa kali diusir dari mesjid dan bahkan dilaporkan ke polisi, belakangan ini pengelola Islamic Center Washington DC mulai membiarkan mereka shalat di ruang utama di tempat itu, walaupun mereka kelihatan tidak merasa nyaman dengan kehadiran perempuan.

Fatima yakin, dengan diberinya ruang bagi perempuan di masjid itu, ke depannya, perempuan juga akan bisa berperan lebih jauh dalam berbagai aspek kehidupan Muslim. Ia mengatakan tidak akan berhenti sampai keikutsertaan perempuan dalam mesjid tidak lagi dipandang salah dan bisa dianut sebagai tradisi.

sumber : Voanews.com
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement