REPUBLIKA.CO.ID, PADANG-- Pengamat dari Universitas Andalas (Unand) Padang Herwandi menilai, Indonesia dewasa ini tengah mengalami dekadensi nasionalisme dan patriotisme. Pada saat yang sama ia melihat negara ini terancam hancur lebih karena terjadinya krisis kepemimpinan.
"Krisis kepemimpinan terjadi lebih akibat hilangnya figur pemimpin yang berwibawa dan dihormati, baik oleh rakyat sendiri maupun oleh bangsa luar karena banyak yang korupsi," kata Herwandi di Padang, Rabu.
Menurut dia, hilangnya figur pemimpin yang berwibawa ditandai juga dimana kalangan elit politik lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok serta mengenyampingkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme.
Ia menjelaskan, rasa nasionalisme adalah paham kebangsaan yang tumbuh di dalam masyarakat karena memiliki latar sejarah yang sama, sedangkan patriotisme adalah perasaan cinta negara dan Tanah Air yang tumbuh di kalangan warga negara.
Namun demikian, antara nasionalisme dan patriotisme sebetulnya tidak bisa dipisahkan dan "berjalin kulindan" satu sama lain, ujar Herwandi. Karena untuk, kata dia, untuk melanggengkan kembali nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme diperlukan penegakan hukum dan tidak ada tebang pilih dalam pelaksanaannya.
Para pemimpin juga harus mampu menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan kelompoknya.