Selasa 23 Aug 2011 03:19 WIB

Inilah Respons Pemimpin Dunia Atas Libya

Rakyat Libya berkumpul di Benghazi, Ahad (21/8). Oposisi di Libya sudah mengumumkan berakhirnya rejim Qaddafi. Namun, perlawanan di sejumlah wilayah masih terjadi.
Foto: AP/Alexandre Meneghini
Rakyat Libya berkumpul di Benghazi, Ahad (21/8). Oposisi di Libya sudah mengumumkan berakhirnya rejim Qaddafi. Namun, perlawanan di sejumlah wilayah masih terjadi.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Libya masih bergolak. Pemimpin Libya tidak diketahui keberadaannya, saat pihak oposisi mengumumkan berakhirnya rejim Muammar Qaddafi. Masa transisi diharapkan berjalan lancar.

Di jalan-jalan di pusat kota pendukung anti-pemerintahan Qaddafi berkumpul merayakan kemenangan tanpa menghiraukan masih adanya kantong-kantong perlawanan pihak Qaddafi. Sebagian angkatan bersenjata Qaddafi tetap melakukan perlawanan.

Dalam situasi dan kondisi itu, para pemimpin dunia mulai memberikan komentar dan responsnya. Ini beberapa diantaranya;

Presiden AS, Barack Obama

Momentum perlawanan terhadap Qaddafi sudah mendekati akhir. Rejim Qaddafi sudah menunjukkan tanda-tanda kolaps. Rakyat Libya membuktikan upaya bersama menuju kemerdekaan jauh lebih kuat dibanding tangan besi diktator.

Qaddafi dan pengikutnya seharusnya menyadari kekuatan mereka sudah berakhir. Qaddafi harus menyadari kenyataan kalau dia tidak bisa lagi mengontrol Libya. Qaddafi harus menyerahkan kekuasaan untuk selamanya.

Washington mengakui Dewan Transisi Nasional (NTC) sebagai otoritas legal pemerintahan Libya saat ini untuk bergerak ke arah demokrasi.

Presiden Venezuela, Hugo Chavez

Beberapa hari terakhir kita melihat bagaimana negara-negara demokrasi Eropa, praktis menghancurkan Tripoli dengan bom-bom mereka. Begitu juga dengan negara yang seharusnya demokratis seperti Amerika Serikat.

Mereka menjatuhkan, entah berapa bom, secara terbuka tanpa pandang bulu, tanpa penjelasan apapun. Bom-bom itu mengenai sekolah, rumah sakit, rumah-rumah, pabrik, pertanian dan peternakan. Itulah yang terjadi sekarang.

Venezuela tetap pada posisi anti-imperialis dan menyesalkan intervensi asing terhadap suatu negara.

Perdana Menteri Inggris, David Cameron

Masa transisi di Libya harus dipimpin oleh rakyat Libya. Qaddafi sudah saatnya menghentikan perlawanan. Apa yang sudah kami lakukan di Libya adalah penting, tepat, dan legal. 

Menteri Luar Negeri Mesir, Mohammed Amr

Dengan senang hati pada kesempatan bersejarah ini saya mengumumkan Mesir mengakui rejim baru di Libya dan Dewan Transisi Nasional (NTC) yang mewakilinya.

Pemerintah Mesir akan menyerahkan kantor perwakilan Libya untuk Liga Arab dan Kedutaan Besar Libya di Kairo kepada Abdel Moneim al-Huweini, utusan khusus NTC untuk Kairo dan Liga Arab.

Menteri Hubungan Internasional Afrika Selatan, Maite Nkoana-Mashabane

Pemerintah Afrika Selatan (Afsel) tidak tahu menahu tentang keberadaan Qaddafi. Yang jelas, kami tidak akan mengundang dia untuk datang. (Afsel sempat dituduh memfasilitasi keluarnya Qaddafi dari Libya).

Tidak ada pesawat Afsel yang mendarat di Libya. Satu-satunya pesawat evakuasi mendarat di Tunisia, tempat dari mana diplomat dan warga Afsel kembali ke negaranya.

Semua pihak harus memberikan kesempatan pada rakyat Libya untuk menentukan nasibnya sendiri.

sumber : Aljazeera
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement