REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI – Memasuki hari kedua pertempuran di Tripoli, aksi baku tembak dan ledakan bom masih terdengar jelas. Terutama di sekitar distrik Bab Al-Aziziya, yang menjadi benteng pertahanan Pemimpin Libya, Muammar Qaddafi.
Distrik Al-Mansoura juga menjadi ajang pertempuran antara kelompok pemberontak dan pasukan pendukung Qaddafi, setelah pasukan pemberontak berhasil memasuki Tripoli yang diwarnai dengan perayaan meriah warga Libya.
Pasukan pendukung Qaddafi juga berupaya membalas serangan dengan menembakkan senjata berat seperti mortir dan artileri langsung ke lapangan hijau, yang namanya telah dirubah menjadi lapangan martir.
Aksi para penembak jitu yang tersebar di sejumlah gedung bertingkat juga telah menebar teror bagi warga Tripoli dan pasukan pemberontak. Bahkan mereka berupaya menghadang gerak maju pasukan pemberontak dengan menggunakan senjata anti serangan udara. "Kami belum bisa membalas serangan karena masih menunggu senjata berat datang," kata seorang pasukan pemberontak kepada Al-Jazeera.
Suasana mencekam juga masih terasa di sekitar Hotel Rixos, tempat di mana sekitar 30 wartawan asing bertahan. Selain nyawa terancam, mereka juga mengalami keterbatasan pasokan air bersih dan listrik. Pasukan Qaddafi sendiri sampai kini masih menjaga ketat di sekitar hotel tersebut.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kota Tripoli belum sepenuhnya dikuasai pasukan pemberontak yang mendapat dukungan penuh Barat. Sejumlah pesawat tempur paksa Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dilaporkan masih melakukan manuver terbang rendah di sekitar benteng pertahanan Qaddafi.