REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lembaga Permasyarakatan (LP) ramai dikunjungi oleh warga ketika hari Idul Fitri. Warga pun tetap kekeuh ingin bertemu sanak saudara mereka, meskipun harus melewati jalur yang rumit.
"Ini dilakukan untuk keamanan juga," ujar Kepala Bidang Kamtib LP Cipinang, Arief Gunawan, Rabu (31/8).
Panjangnya jalur administrasi yang harus ditempuh, juga pengawalan dan pengawasan yang ketat bagi para pengunjung, menurutnya memang perlu dilakukan. "Terutama untuk pengunjung laki-laki, kalau perempuan tak seketat laki-laki pengawasannya," ujarnya.
Hal ini menurutnya karena penghuni Lapas ini semuanya adalah laki-laki. Dengan pengawasan yang lebih ketat, kemungkinan penghuni Lapas untuk lari dihindari.
Proses untuk bisa mengunjungi penghuni lapas ini memang berbelit-belit. Pertamanya, pengunjung menerima nomor antrean, yang dipencet sendiri dan keluar nomornya, seperti di bank-bank besar. Setelah itu pengunjung harus mengantri untuk mendapatkan formulir kunjungan.
Setelah itu, formulir diisi, juga disertakan KTP asli atau tanda pengenal yang masih berlaku. Pengunjung pun mengantri lagi, menunggu nomor antriannya dipanggil oleh petugas.
Setelah itu, pintu khusus pun disediakan untuk para pengunjung ini. Mereka pun masuk satu persatu, meninggalkan tanda pengenal asli mereka. Pengunjung kemudian mendapatkan ID Card berupa gelang dengan tulisan 'pengunjung' dan dicap tangan kanannya.
Setelah itu, mereka akan melewati beberapa kali pemeriksaan, baik pemeriksaan tubuh maupun barang bawaan. Di dalam ruang pemeriksaan ini, kamar periksa laki-laki dan perempuannya dipisah.
Setelah itu, petugas pun mendata, siapa penghuni lapas yang akan mereka temui. Petugas tersebut kemudian memanggil penghuni lapas yang akan dikunjungi, dan pengunjung dipersilahkan masuk ke dalam LP.
Di dalam LP, khusus untuk Idul Fitri ini, pihak Lapas Cipinang telah menyediakan tenda besar beserta meja dan kursi, khusus untuk pengunjung dan penghuni lapas yang bertemu. Disinilah meeting point mereka.
Disinilah para penghuni lapas yang tak pernah melihat dunia luar, bisa bertemu dengan keluarganya. Sang penghuni lapas yang bertemu dengan keluarganya, diwajibkan mengenakan rompi berwarna kuning, dan keluar masuknya melalui jalur khusus.
Banyak penjual makanan dan minuman yang membuka gerai di sekeliling tenda. "Umumnya mereka mitra koperasi," ujar Arief, sambil menujuk para pedagang tersebut. Sebagian besar penghuni Lapas, bisa bertemu keluarga mereka dengan bebas, mau makan, minum, mengobrol, atau apapun, asal masih ada di lapangan, di bawah tenda tersebut.
Namun, untuk narapidana kasus terorisme, perlakuan yang diberikan pihak Lapas berbeda. "Mereka dikawal," ujar Arief. Pengawalan ini juga dilakukan pada narapidana kasus narkoba. menurutnya, sekarang cara kunjungan seperti ini lebih enak. "Waktu kunjungan lama, sampai sejam, kalau dulu kan paling cuma 20 menit," tutur Arief.