REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Pemimpin Libya, Muammar Qaddafi, dikabarkan keluar dari Libya dengan kawalan ketat tentara bersenjata yang loyal padanya. Bersamanya, turut diangkut puluhan lori yang penuh dengan uang dan emas.
Ke Niger? Harian Inggris Daily Mail menyebutkan hal yang berbeda. Pemimpin yang telah memerintah Libya selama 42 tahun, dilaporkan pergi ke negara yang miskin di belahan barat Afrika, Burkina Faso. Negara ini sebelumnya menjanjikan akan memberinya perlindungan, sesuai kesepakatan yang diperantarai oleh Afrika Selatan.
Dalam rombongan itu, Qaddafi disebut-sebut didampingi oleh pimpinan keamanan rezimnya, Mansour Dhao, dan para pejuang suku. Mereka melintasi Niger dan tiba di ibu kota Niamey Selasa malam.
Namun sumber intelijen menyatakan, kepergian Qaddafi memang 'sengaja dibiarkan'. Perjanjian yang terjadi di luar kebiasaan itu konon difasilitasi Afrika Selatan-Prancis dengan sokongan NATO, demi 'mencegah pertumpahan darah lebih luas' dengan membiarkan Gaddafi dan keluarganya untuk pergi.
Pimpinan baru Libya dari Dewan Transisi Nasional menolak memberikan konfirmasi tentang kebenaran berita itu. Namun, mereka mengisyaratkan telah menandatangani kesepakatan yang memungkinkan diktator terjungkal itu untuk menghabiskan tidak lebih dari 72 jam dalam perjalanan melewati Niger, sebuah koloni miskin dan terkurung bekas jajahan Prancis di selatan Libya.
Baca selengkapnya di sini