Ahad 11 Sep 2011 13:54 WIB

Guinea Bissau Buka Pintu untuk Qaddafi

Qaddafi
Qaddafi

REPUBLIKA.CO.ID, BISSAU - Perdana Menteri Guinea Bissau Carlos Gomes Junior mengatakan pemimpin Libya terguling Muamar Qaddafi akan disambut baik "dengan tangan terbuka" di negara Afrika barat itu, sebuah stasiun radio melaporkan, Sabtu (10/9).

"Jika Qaddafi minta untuk datang ke Guinea Bissau kami akan menyambut baik dia dan kami akan menjamin keamanannya," kata Gomes Junior yang direkam sebagaimana dikutip oleh stasiun Radio Diffusion Portuguesse (RDP).

Ia membuat pernyataan itu pada wartawan ketika menghadiri pelantikan presiden baru Cape Verde, Jorge Carlos Fonseca, Jumat. Guinea Bissau tidak meratifikasi Statuta Roma yang membentuk Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC), yang telah mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Qaddafi yang dalam pelarian.

Negara Arika barat itu, dikenal karena ketidakstabilan politik dan militernya yang kronis, memiliki hubungan kuat dengan rezim Qaddafi, yang telah berinvestasi secara luas di perhotelan, pertanian dan biji jambu mete -- ekspor penting negara itu.

Qaddafi telah mengunjungi negara itu pada 2009, dan memberikan bantuan pada kampanye presiden Malam Bacai Sanha. Ia juga membatu pakaian seragam bagi militer Guinea Bissau dan memperbaiki beberapa barak militernya.

Pada awal Agustus, sebelum pemberontak melancarkan serangan di Tripoli, Gomes Junior mengatakan pada satu konferensi: "Qaddafi dan Libya adalah teman Guinea Bissau. Jika pemimpin Libya itu ingin datang ke Guinea Bissau kami akan menerimanya dengan tangan terbuka".

Ia mengecam serangan udara NATO di Libya sebagai "pelanggaran mencolok atas hak-hak sebuah negara yang berdaulat. Di balik ini, adalah fakta bahwa orang-orang Barat menginginkan minyak Libya".

Bendera pemerintah baru Libya, Dewan Transisi Naional (NTC) -- yang telah dikibarkan di kedutaan besar Libya di Bissau sepekan lalu -- telah dipindahkan, Jumat.

Bissau masuk sekelompok kecil negara tempat diperkirakan Qaddafi dapat minta perlindungan, bersama dengan Niger, Burkina Faso dan Venezuela, tempat ia telah didesas-desuskan akan mengasingkan diri sejak pemerintahnya dijatuhkan bulan lalu.

Rumor telah melimpah mengenai tempat keberadaan orang yang sudah memerintah Libya yang kaya minyak itu selama empat dasawarsa lebih.

Qaddafi pada Kamis mengatakan pada televisi Arrai Oruba yang bermarkas di Damaskus melalui telpon, ia tidak melarikan diri ke Niger, tempat puluhan pembantunya telah ditahan dalam tahanan rumah.

Tetangga Niger, Burkina Faso, sementara itu, telah membantah klaim bahwa negara itu telah menampung Qaddafi atau beberapa dari jendralnya, dan banyak orang di NTC yang yakin bahwa Qaddafi masih dalam pelarian di Libya.

Uni Afrika belum mengakui NTC sebagai pemerintah Libya yang sah, dan banyak dari anggotanya -- yang bersekutu dengan Gaddafi -- telah mengecam serangan NATO di negara itu.

Badan benua itu, yang upayanya untuk menengahi krisis tersebut sebagian besar diabaikan, ingin pemerintah transisi yang memasukkan semua (kelompok) yang ditempatkan.

sumber : Antara/AFP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement