Kamis 29 Sep 2011 17:23 WIB

Raja Saudi tak Peka Mekkah Dicap Bak Las Vegas

Rep: Agung Sasongko/ Red: Djibril Muhammad
Raja Arab Saudi, Abdullah / Ilustrasi
Foto: Daan / Republika
Raja Arab Saudi, Abdullah / Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH - Raja Arab Saudi, Abdullah membantah transformasi yang dialami Mekkah hanya dikhususkan untuk orang kaya seperti halnya pengunjung kota Las Vegas, AS. Menurutnya, perluasan itu merupakan kewajiban guna meningkatkan fasilitas yang akan digunakan umat Islam saat beribadah di Mekkah.

"Allah SWT telah memberikan anugerah kepada Arab Saudi dengan keberadaan kota suci Mekkah dan Madinah, merupakan kewajiban, kebanggaan, dan kehormatan bagi negara ini dan kepemimpinannya," paparnya seperti dikutip Guardian.co.uk, Kamis (29/9).

Raja Abdullah akhirnya merespon sejumlah kritik yang diutarakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan media massa atas kehancuran situs bersejarah untuk memberikan kesempatan kepada hotel, pencakar langit dan pusat perbelanjaan. Namun, respon itu tidak menandakan keprihatinan Raja terhadap pembangunan ambisius senilai $ 21 triliun.

"Kami melanjutkan tanggung jawab kerajaan, kemudian, kami telah meletakkan batu pondasi untuk memperluas Masjidil Haram dan meresmikan sejumlah proyek-proyek perbaikan dua Masjid suci," katanya.

Bulan lalu, raja menghadiri upacara peletakan batu untuk proyek konstruksi seluas 400.000 meter persegi dan akan menampung sekitar 1,2 juta jamaah tambahan. Sebelumnya, harian The Independent turut menyoroti transformasi Kota Suci yang dianggap tidak normal.

"Meski Nabi Muhammad datang untuk menekankan kesetaraan, Makkah berubah menjadi taman bermain bagi kaum kaya dimana kapitalisme secara kasat mata mengaburkan nilai spiritualitas kota," tulis mereka.

Harian ini juga menyoroti, betapa demi membangun kota yang kini 'serupa Las Vegas', bangak bangunan bersejarah yang dikorbankan. Direktur eksekutif The Islamic Heritage Research Foundation, Dr Irfan al-Alawi mengungkapkan keprihatinannya soal aksi vandalisme budaya kota suci Mekkah.

"Kami sudah kehilangan 400-500 situs bersejarah. Saya harap belum terlambat untuk menyelamatkan yang tersisa," katanya.

Sami Angawi, pakar arsitektur Islam Arab saudi, juga mengungkapkan keprihatinannya. Ia menyatakan adalah kontradiksi mutlak untuk sifat Makkah dan kesucian rumah Allah. "Kedua kota [Mekkah dan Madinah] secara historis hampir punah. Anda tidak menemukan apa-apa kecuali gedung pencakar langit," pungkasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement