REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV - Pro-kontra menyeruak di Israel menyusul perjanjian pertukaran tahanan dengan Hamas, termasuk tentara Israel yang sangat menyedot perhatian, Gilad Shalit.
Rabbi yang juga mantan tentara Avihai Rontzki menyatakan para tahanan Palestina semestinya tak bebas, tapi 'dibunuh di tempat tidur mereka'. Di matanya, terlalu mahal para tahanan Palestina yang disebutnya teroris itu dengan hanya membebaskan seorang Shalit.
Debat publik atas kesepakatan pertukaran Shalit telah berkecamuk di Israel sejak perjanjian Israel-Hamas. Ratusan tahanan Palestina yang bertanggung jawab atas berbagai serangan terhadap warga Israel dibebaskan berdasar perjanjian itu.
Mengacu pada kesepakatan, mantan Kepala Rabi Militer ini mengatakan dalam sebuah wawancara untuk Arutz Sheva bahwa pembebasan itu mengecewakan. "Ketika Anda sudah menangkap teroris seperti para pembunuh keluarga Fogel, merekaseharusnya ditembak, dibasmi. Mereka teroris yang membunuh orang dan harus dibunuh di tempat tidur mereka," katanya.
Rontzki juga menyebut kemungkinan bahwa anggota keluarga mereka yang tewas akan membalas orang-orang yang dibebaskan dalam kesepakatan Shalit. "Saya tidak menyerukan untuk membalas dendam atau anarki, tapi itu bisa terjadi."
Setiap negara normal, katanya, akan menghancurkan orang-orang yang berusaha untuk merusaknya.