Jumat 21 Oct 2011 19:11 WIB

Tahanan Palestina yang Belum Dibebaskan Mencapai 5.300

Rep: Agung Sasongko/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA - Kementerian Urusan Tawanan Palestina mencatat masih ada 5.300 tawanan Palestina di berbagai penjara Israel. Dari sekian besar tawanan itu, sebanyak 526 tawanan Palestina dari Jalur Gaza, 131 tawanan dari wilayah Palestina tahun 1948, 295 tawanan dari al Quds dan sisanya dari Tepi Barat.

 

Direktur Penerangan Kementrian Urusan Tawanan Palestina, Riyad Asyqar, Kamis (20/10), mengatakan tawanan Palestina Karim Yusuf Fadl Yunus dari wilayah Palestina tahun 1948, kini menjadi tawanan paling lama di dunia setelah pembebasan Nail barghoutsi.

Yunus telah mendekam di dalam penjara Israel selama 29 tahun, ditahan Israel sejak 6 januari 1983 dan divonis penjara seumur hidup. Asyqar menyebutkan daftar tawanan terlama, tawanan berpangkat Jenderal, turun dari 299 menjadi 126 tawanan yang ditahan sejak sebelum kesepakatan Oslo (1993).

Sementara daftar yang mendekam di atas 20 tahun, tawanan berpangkat Brigjen menurun, setelah kesepakatan pertukaran dari 145 menjadi 51 tawanan. Untuk tawanan yang mendekam selama lebih dari seperempat abad di dalam penjara Israel menurun dari 45 menjadi 22 tawanan.

 

Sedangkan, sebanyak 4 tawanan mendekam selama lebih 30 tahun telah dibebaskan dalam kesepakatan pertukaran tawanan. Di antara para tawanan terdapat 22 anggota dewan dan 9 tawanan wanita belum dibebaskan Israel dalam kesepakatan pertukaran.

Namun, ada upaya besar yang dilakukan Hamas untuk membebaskan para tawanan wanita dalam tahap kedua pertukaran. Sementara itu masih ada 280 anak Palestina mendekam di penjara Israel.

 

"Israel juga masih menahan 5 tawanan dari Jalur Gaza dengan Undang-undang 'illegal combatant'. Tak satu pun dari mereka masuk dalam daftar yang dibebaskan dalam pertukaran," kata Asyqar seperti dikutip infopalestina.com, Jum'at (21/10).

 

Kementrian Tawanan Palestina menyatakan bahwa kesepakatan pertukaran tawanan adalah capaian bersejarah penting bagi rakyat Palestina. Pertukaran ini telah menjadi dasar babak baru penyelesaian konflik antara Israel dan Palestina.

 

"Yang pasti mereka membutuhkan dukungan dan sokongan, dan semua cara untuk membebaskan mereka baik dengan cara damai maupun militer, sampai mereka bisa menikmati kebebasan sebagaimana dirasakan rekan-rekan mereka yang telah dibebaskan," Asyqar.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement