REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA – Pemuda Muslim Australia harus lebih aktif menentang ideologi ekstrimis. Sebab, Australia tidak hanya terancam isu rasial tetapi juga kehadiran ideologi ekstrimis.
Hal itu diungkapkan Menteri Imigrasi Australia, Andrew Metcalfe, saat berbicara di Universitas Western. "Setiap wabah ekstrimis atau konflik tidak hanya merusak multikulturalisme tetapi juga program imigrasi Australia," papar Andrew seperti dikutip news.com.au, Senin (24/10).
Andrew mengatakan pemerintah melalui setiap kebijakannya berusaha untuk waspada akan kehadiran ekstrimis yang mungkin mengganggu stabilitas dalam negeri. "Mereka yang berpandangan ekstrim tidaklah banyak, tapi masalah ini merupakan tantangan bagi semua warga Australia," ujarnya.
Ia merasa gembira karena masyarakat Australia kian kritis dalam diskusi dan debat publik terkait Islam. "Anak-anak muda merupakan kunci dalam penyelesaian masalah ini," katanya.
Peran anak-anak muda, lanjut dia, akan membuka ruang bagi terciptanya perubahan dalam komunitas Muslim. "Kami melihat larangan burqa atau praktek keagamaan lainnya hanya membuat Australia tidak konsisten dengan prinsip negara ini yang menjamin toleransi dan kebebasan beragama," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, dalam jajak pendapat The Essential Research, disebutkan hampir 60 persen warga Australia mengaku khawatir tentang imigrasi Muslim. Bahkan, 65 persen warga Australia percaya bahwa para imigran seharusnya tidak mendapatkan diskriminasi terkait agamanya.