Kamis 27 Oct 2011 04:36 WIB

Kongo, Lebih Menakutkan Menjadi Perempuan Ketimbang Tentara dalam Perang Sipil

Tiga wanita Kongo saling membantu berjalan di lorong Rumah Sakit Panzi, Bukavi
Foto: Mother Jones
Tiga wanita Kongo saling membantu berjalan di lorong Rumah Sakit Panzi, Bukavi

REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU - Lebih dari 500 ribu wanita telah diperkosa di Republik Demokratik Kongo sejak negara itu dicabik perang sipil pada 1996. Dalam survei PBB terkini diperkirakan bahwa tentara adalah pihak paling bertanggung jawab atas sepertiga insiden perkosaan dan kekerasan seksual yang dilakukan di propinsi paling timur negara itu.

Disiplin di tentara nasional sangat lemah. Tentara jarang dibayar dan banyak dari mereka diberi tahu oleh atasan sendiri, "Tinggalkan negeri ini" yang tentu saja mengundang kekerasan itu terjadi.

Tentara dan para militan setali tiga uang. Mereka mengadopsi impunity alias melakukan kejahatan namun tak tersentuh hukum. Masalah utama terletak pada infrastruktur hukum negara itu dan perbedaan terhadap hak dan posisi wanita di depan hukum

Rata-rata, 1.100 kasus pemerkosaan dilaporan tiak bulan. Satu studi menyatakan bahwa setiap hari wanita Kongo diperkosa dalam angka yang lebih dari rata-rata tersebut.

Bangsal-bangsal Rumah Sakit Panzi di Bukavi, pusat penanganan cedera pertama di Kongo untuk menangani korban pemerkosaan sering kali penuh. Salah satu pakar obstetri-ginekologi yang bertutur kata lembut, Denis Mukwege, yang mendirikan rumah sakit tersebut dan pernah menjadi finalis Nobel Perdamaian 2010, kadang melakukan operasi 10 kali dalam sehari.

Ia berkata ia kerap mengenali para pelaku lewat tanda yang mereka tinggalkan di korbanya. "Saya bisa mengatakan pada anda grup mana yang melakukan itu, bahkan sebelum sang korban bercerita," ujarnya. "Beberapa dari mereka menggunakan pisau, api, hanya memerkosa gadis dan wanita muda, atau peluru." ujarnya. Cara itu, seperti meninggalkan tanda tangan padah tubuh korban.

sumber : Mother Jones
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement