Kamis 27 Oct 2011 11:28 WIB

Banyak Investor Tunda Investasi ke Papua

Sejumlah aparat dari Brimob Polda Papua bersenjata laras panjang melintas di tengah kota guna meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi wilayah di Kota Jayapura, Papua, Selasa (25/10).
Foto: Antara/Anang Budiono
Sejumlah aparat dari Brimob Polda Papua bersenjata laras panjang melintas di tengah kota guna meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi wilayah di Kota Jayapura, Papua, Selasa (25/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA-- Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Papua, John Kabey, mengatakan, saat ini banyak investor luar yang menunda kedatangan ke Papua untuk berinvestasi.

"Semenjak adanya kejadian penembakan dan penyerangan di beberapa daerah di Papua, banyak investor yang menunda kedatangan ke daerah ini untuk berinvestasi," kata John Kabey, di Jayapura, Kamis.

Menurut dia, keamanan menjadi faktor utama yang menghambat para investor untuk berinvestasi di Papua. "Batal kontrak sih tidak, para investor hanya menunda kedatangan mereka karena ragu akan faktor keamanan di Papua.

Diantaranya Modern Grup, Malindo, dan Sudono Salim," ujarnya. Dia menjelaskan, kedatangan Modern Grup ke Papua adalah untuk membuka pabrik sagu di Randayawa, Kabupaten Yapen, sapi perah di Senggi, Kabupaten Keerom, dan batu bara di Kabupaten Mamberamo Raya.

"Untuk pabrik sagu seluruh produknya akan dibeli oleh Cina, dimana 600 pohon sagu setiap harinya akan dimasukan di Papua. Pabrik sagu ini akan menjadi primadona sekitar 10 tahun lagi, karena ini menggantikan tepung terigu," jelasnya.

Dia mengatakan, di daeraj Yapen ada sekitar 25 ribu hektar hutan alam sagu, sementara Waropen 200 hektar. Jadi di Papua secara keseluruhan ada sekitar 2 juta hektar. "Dari sagu ada dua produk yang di dapat yakni tepung dan ethanol. Dengan jumlah yang ada di Papua, pabrik hanya membutuhkan 7 ribu sampai 8 ribu hektar saja, karena lima tahun tanam lagi dari awal," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement