REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Sejak kunjungan terakhirnya pada satu dekade lalu, Raja Abdullah kembali menginjakkan kakinya di Ramallah, Senin (21/11).
Kedatangan Raja Abdullah ke Tepi Barat merupakan sebuah peristiwa langka ke wilayah yang dijajah Israel tersebut, terutama di saat situasi Timur Tengah memanas dengan upaya Palestina mencari kedaulatan, perang sipil yang mengarah di Suriah, dan kerusuhan yang kembali meningkat di Mesir.
Raja Abdullah dari Yordania, seorang kritikus atas kebuntuan dalam proses damai antara Palestina dan Israel, terbang dari Ibukota Amman menggunakan helikopter dan langsung menemui Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, untuk melakukan pembicaraan.
Kehadiran terakhir Raja Abdullah di Ramallah dilakukan saat pendahulu Abbas, Yasser Arafat masih memimpin Palestina secara absolut. Abbas, sebaliknya, menghadapi tantangan dari Hamas, yang mengontrol Jalur Gaza.
"Kunjungan ini dilakukan dalam konteks dukungan Yordania bagi Otoritas Palestina dan rakyatnya untuk mencapai hak-hak nasional Palestina dan negara yang merdeka," kata pejabat di Istana Yordania. Pertemuan Raja Abdullah dengan Abbas dikatakan juga akan membahas situasi regional.
Yordania adalah salah satu dari beberapa negara Arab yang mengakui kedaulatan Israel, meskipun banyak dari penduduknya adalah warga keturunan Palestina yang terlantar selama perang 1948 untuk mendirikan negara Yahudi itu.
Pemerintah Yordania khawatir ketidakstabilan lebih lanjut akan menyebabkan masuknya aliran pengungsi baru dari Palestina yang dapat meningkatkan ketegangan dengan Yordania.