REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD - Seorang pejabat penting militer Pakistan mengatakan serangan udara lintas perbatasan yang dilakukan NATO yang menewaskan 24 tentara adalah satu agresi yang disengaja dan terang-terangan.
Dalam satu penjelasan kepada redaktur-redaktur surat kabar lokal, Rabu (30/11), Mayjen Ishfaq Nadeem, direktur jendral operasi-operasi militer, juga mengatakan pasukan NATO telah mempersiapkan akan menyerang pos-pos tentara Pakisan, tetapi helikopter-helikopter tetap menembak.
"Informasi terinci tentang pos-pos itu sudah ada pada Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF), termasuk referensi-referensi peta, dan tidak mungkin mereka tidak tahu ini adalah pos-pos kami," kata surat kabar The News yang mengutip pernyataan Nadeem dalam penjelasan pers di markas besar militer, Selasa.
Serangan NATO Sabtu pagi mengalihkan perhatian dari tindakan Pakistan yang dipertanyakan terhadap gerilyawan yang melintas perbatasannya untuk menyerang pasukan NATO yang dipimpin AS di Afghanistan, dan memberikan militer satu peluang untuk mempertegaskan sikap mereka.
Pada Selasa, Pakistan menolak hadir dalam satu konferensi internasional tentang Afghanistan, marah setelah serangan NATO yang menyebabkan daerah itu dilanda krisis yang semakin dalam.
Keputusan Islamabad untuk memboikot pertemuan d Bonn, Jerman pekan depan, akan menyebabkan perundingan itu tidak dikuti satu pemain penting yang dapat mendorong gerilyawan Taliban ke satu proses perdamaian sementara pasukan NATO sedang bersiap-siap untuk meninggalkan Afghanistan tahun 2014.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton, Rabu mengatakan dia menyesalkan keputusan Pakistan yang memboikot konferensi internasional mengenai Afghanistan itu tetapi mengharapkan untuk menjamin kerja sama Islamabad pada masa depan.
Militer, yang memerintah Pakistan itu selama lebih dari separuh usia negara itu dan menetapkan kebijakan keamanan dan luar negeri, menghadapi kecaman keras baik dari publik Pakistan maupun sekutunya, Amerika Serikat, setelah serangan AS yang dilakukan tanpa izin terlebih dulu dari Islamabad yang menewaskan Usamah bin Ladin.
Pemimpin Al Qaida itu tampaknya tinggal di kota garnizun Pakistan itu selama beberapa tahun sebelum pasukan khusus AS menemukan dan membunuh dia dalam satu operasi sepihak.
Rakyat Pakistan mengecam militer karena gagal melindungi kedaulatan mereka. Militer tampaknya memiliki kedaulatan mereka dan para pejabat AS mencurigai sejumlah anggota intelijen militer menampung Usamah bin Ladin.
Militer tampaknya memperoleh kepercayaan dirinya, dan protes-protes anti-NATO mendapat dukungan publik di satu negara di mana sentimen anti-Amerika tinggi saat hubungan dengan Washington mulai membaik.
Seorang pejabat Barat dan seorang pejabat keamanan Afghanistan yang tidak bersedia namanya disebutkan mengatakan pasukan NATO menanggapi serangan dari seberang perbatasan. Pakistan mengatakan sebelumnya serangan itu tanpa ada provokasi.
Nadeem bersikeras bahwa semua jaringan komunikasi telah mengiformasikan pada NATO bahwa pasukannya menyerang posisi-posisi Pakistan. "Mereka tetap tidak menghiraukaan, bebas dari hukuman," kata The News yang mengutip pernyataannya.