REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Anggota Komite Eksekutif PSSI, La Nyala Mattalitti Mahmud, mengakui bahwa dia terpaksa bergentayangan di luar PSSI untuk menggalang kekuatan. Semuanya demi melakukan perbaikan di tubuh PSSI.
"Saya dan beberapa anggota Komite Eksekutif lainnya sudah berulangkali memperingatkan agar PSSI menghormati Statuta FIFA, tidak melanggar aturan dan patuh kepada hasil keputusan Kongres PSSI di Bali tentang anggota kompetisi,'' ujar ujar La Nyalla Mattalitti. ''Tetapi, kami sangat kecewa karena mereka tidak menggubris dan mendengar kami. Maka, saya bergentayangan di luar."
La Nyalla mengatakan bahwa Rapat Akbar Sepak Bola Nasional (RASN) di Hotel Pullman, Jakarta, Ahad lalu dimaksudkan untuk menyatukan persepsi tentang pentingnya menggelar Kongres Luar Biasa (KLB). Ini guna membenahi kinerja dan susunan kepengurusan PSSI.
"Kami memiliki surat dukungan dari ketua dan sekretaris klub sebagai rekomendasi kepada PSSI untuk menjalankan KLB. Jika mereka tidak mau, Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia yang akan mengurusnya," kata La Nyala. Komite Penyelamat akan terdiri dari anggota Komite Eksekutif, Pengprov, pelatih, dan perwakilan klub.
RASN semalam dihadiri oleh 450 anggota PSSI dari kalangan Pengprov, klub Liga Super Indonesia, Divisi Utama, Divisi 1, 2 dan 3. Setelah pernyataan sikap dan mosi tak percaya terhadap PSSI dideklarasikan pada sekitar pukul 21.00 WIB, RASN kemudian diskors selama 15 menit untuk kemudian menyusun persiapan langkah-langkah berikut.
Kalangan Pengurus Provinsi lebih dulu membentuk Forum Pengprov PSSI dengan tujuan akhir penyelenggaraan Kongres Luar Biasa. Mereka membentuk tim kecil yang beranggotakan sembilan Pengprov yakni DIY, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Papua, Kalimantan Selatan, Sumbar, Sultra, Maluku Utara dan Jawa Barat.