Senin 16 Jan 2012 18:02 WIB

Karamnya Costa Concordia Rugikan Industri Kapal Pesiar

Rep: Satya Festiani/ Red: Hafidz Muftisany
Kapal pesiar mewah Costa Concordia karam setelah menabrak batu di dekat pulau Giglio, Italia, Sabtu (14/1).
Foto: AP/Gregorio Borgia
Kapal pesiar mewah Costa Concordia karam setelah menabrak batu di dekat pulau Giglio, Italia, Sabtu (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID, MILAN - Kapal Costa Concordia yang kecelakaan pada Ahad (15/1) lalu tak hanya merugikan pemilik kapal, tetapi juga dapat merugikan industri kapal pesiar.Saat ini, perindustrian tengah menghadapi masa-masa sulit. "Ini adalah mimpi buruk bagi humas perusahaan Costa." ujar analis pasar dari perusahaan Morningstar di Chicago, Jaime Katz, Ahad (15/1).

Kapal seberat 114.500 ton itu dioperasikan oleh Costa Crociere, salah satu unit dari Carnival Corporation & Plc, perusahaan kapal pesiar terbesar di dunia. Kapal yang karam itu salah satu aset utama dalam industri pesiar di Eropa.

Kecelakaan ini terjadi di waktu yang buruk bagi grup tersebut. Krisis ekonomi global tengah membuat para pelanggan potensialnya ketakutan akan keuangan dan pekerjaannya. Menurut Katz, kejadian ini dapat berakibat buruk pada perusahaan, ditambah lagi dengan keadaan pasar ekonomi Eropa yang tengah terpuruk dan kerusuhan di Timur Tengah.

Kecelakaan ini juga, sayangnya, terjadi di musim tinggi bagi industri pesiar. Peminat kapal pesiar naik dari 500 ribu pada 1970 menjadi 19 juta orang pada 2010. Cruise Line International Association memprediksi 50 ribu warga Amerika Utara akan naik kapal pesiar dalam tiga tahun ke depan. “Carnival masih memiliki jumlah reservasi yang besar pada saat ini. Perusahaan mana yang ingin diberatkan dengan masalah seperti ini di tengah musim paling tinggi di bisnisnya?” ujar Katz.

Costa Crociere dimiliki penuh oleh Carnival sejak 2000. Ketika itu, Carnival mengatakan Costa Crociere akan menjadi dasar utama untuk memperluas bisnisnya di dunia. Pada Desember, Carnival yang memiliki setengah dari bisnis pesiar dunia menurunkan harganya untuk 2012 karena kuarangnya permintaan pasar Eropa.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement