REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Konflik tak berkesudahan dalam tubuh PSSI berdampak kepada skuad timnas. Mantan pelatih tim nasional Indonesia, Benny Dollo menilai, skuat timnas yang akan turun di Pra-Piala Dunia versus Bahrain belum memiliki kualitas yang diharapkan. Hal itu karena PSSI hanya merekrut pemain dari Liga Prima Indonesia (LPI), tapi Liga Super Indonesia (LSI) yang dianggap 'ilegal' oleh PSSI.
"Kualitas (pemain timnas kini) belum seperti kita harapkan. Mental bertanding masih diragukan apalagi main away ke markas tim kuat seperti Bahrain," ujarnya yang juga merupakan anggota Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI), Senin (6/2).
Benny yang dijumpai saat peresmian kantor KPSI di kawasan Gelora Bung Karno melanjutkan, apapun hasil dari pertandingan nanti, PSSI-lah yang bertanggung jawab. Resiko kalah dengan skor besar pun jadi ancaman, walau di sisi lain kemungkinan mencetak kejutan tetap terbuka. "Yang jelas pertandingan nanti memiliki implikasi langsung. Mungkin saja PSSI sengaja mengirim tim muda untuk cuci tangan. Tapi tidak bisa seperti itu," ujar Benny.
Namun Bendol berharap timnas tetap mampu mencetak kejutan. Karena, lanjut dia, di sepak bola segala sesuatu masih mungkin terjadi selama 90 menit permainan. "Selalu ada faktor luck dalam sepak bola. Tapi hal itu hanya sepersekian persen kemungkinan," jelasnya.
Dia menambahkan, PSSI mengambil resiko dengan membongkar tim dalam waktu singkat. Kebijakan tidak membawa pemain ISL, dianggap Benny sebagai sebuah diskriminasi. "Malaysia saja bisa memainkan Safee (Sali) yang bermain di ISL. Justru PSSI-lah yang enggan memakai para pemain dari seluruh nusantara. Padahal ini semua pertaruhan harga diri bangsa," tandasnya