REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pelatih Bontang FC Edi Simon kecewa atas pembatalan pertandingan antara timnya melawan tuan rumah Arema Indonesia dalam lanjutan Liga Primer Indonesia (LPI) di Stadion Gajayana, Malang, Sabtu.
Edi menjelaskan, timnya sudah siap bertanding 100 persen melawan Arema, namun karena konflik dualisme yang terjadi dalam tim berjuluk "Singo Edan" dan merembet ke lapangan, mengakibatkan pertandingan dibatalkan.
Meski demikian, Edi mengaku tetap menjalankan aturan PSSI, yakni meminta 11 pemainnya berada di lapangan, meski akhirnya pertandingan dibatalkan. "Kami memang menyuruh pemain tetap ke lapangan, hal ini untuk mematuhi aturan yang ada, dan apabila pada akhirnya pertandingan dibatalkan, itu bukan kesalahan kami, yang penting kami sudah sesuai aturan," katanya.
Edi mengaku prihatin terhadap tim kebanggaan masyarakat Malang Raya itu, sebab seharusnya konflik internal bisa diselesaikan di luar lapangan, sehingga tidak merembet dan membatalkan pertandingan.
Oleh karena itu, Edi menyerahkan sepenuhnya keputusan yang akan diberikan kepada tuan rumah Arema atau terhadap timnya. "Apakah kami akan dimenangkan secara WO 3-0 (atau menang tanpa bertanding) atau tanding ulang, kami serahkan sepenuhnya ke PSSI, yang terpenting kami siap," katanya.
Sementara "Media Officer" Arema Indonesia, Noor Ramadhan mengaku, sudah berkonsolidasi dengan perangkat pertandingan, dan menyebutkan jika pihaknya tidak salah terkait pembatalan pertandingan. Namun mengenai keputusan tanding ulang melawan Bontang FC, Noor menyerahkan sepenuhnya masalah itu kepada PSSI. "Mengenai keputusannya kita belum tahu, dan yang terpenting kami akan laporkan masalah ini ke PSSI," katanya.