REPUBLIKA.CO.ID, Dari sederet majalah skala nasional yang beredar di Amerika, ada satu yang berbeda, yaitu majalah Azizah. ‘Berbeda’ karena majalah ini satu-satunya media yang ditulis oleh Muslimah dan tentunya diperuntukkan pangsa pasar perempuan Islam.
Majalah yang edisi perdananya terbit Oktober 2000 hadir setiap empat kali dalam setahun sesuai dengan empat musim di Amerika. Se uluh tahun kemudian (2010), tercatat Azizah memiliki oplah rata-rata setiap edisinya sebanyak 40 ribu eksemplar.
Adalah Tayyibah Taylor, Muslimah yang ada di balik Majalah Azizah. Ide awalnya, Taylor ingin menjadikan Azizah sebagai majalah yang me representasikan perempuan Muslim di seluruh dunia. Kare na, selama ini gambaran ten tang mereka justru datang dari kalangan pria Muslim atau dari golongan non-Muslim sekali pun. Kenyataan inilah yang mendorongnya menerbitkan majalah khusus Muslimah.
“Majalah Azizah ini muncul menjadi alat bagi Muslimah untuk menyuarakan pikirannya. Langsung dari mereka sendiri, bukan orang lain,” ujar Tayyibah dalam sebuah diskusi yang dikutip dari www.ascertainthetruth. com. Ia pun bertutur kisah seputar ide membuat majalah Muslimah pertama kali. Saat itu, ia duduk di bangku kuliah pada 1970-an.
Para mahasiswa di Universitas Toronto, Kanada, ini aktif berbicara tentang posisinya sebagai seorang Muslimah yang memiliki kulit ber arna. Ketika itu, ia melihat bahwa persepsi tentang masyarakat dengan warna kulit lebih gelap cenderung negatif. Representasi positif dari golongan masyarakat itu hanya ia da patkan dari sebuah majalah ber nama Ebony. Majalah itulah yang kemudian menjadi ide dasar dirinya untuk membentuk sebuah majalah yang mam pu menampilkan prestasi-pres tasi bagi sebagian besar Mus limah di dunia. Masa-masa itu adalah embrio dasar terbentuknya Azizah.
Keinginannya itu kian mengkristal saat ibu lima anak ini mengikuti pertemuan Mus imah seluruh dunia pada 1990-an. Di pertemuan itu, ia bertemu para Muslimah dari ber bagai mazhab yang berbeda dengan pencapai an yang ber macam-macam. Me urutnya, energi dan kemampuan dari perempuan-perempuan di ruangan ini sangat luar biasa dan memberikan kekuat an ter sendiri.
Ia pun meyakin kan diri sendiri, kegembirannya tak terhingga bila suatu masa bisa menceritakan dan merang kum pencapaian para Muslimah da lam sebuah majalah. “Sehing ga, orang-orang bisa melihat bagaimana sebenarnya perempuan Islam,” kata perempuan yang telah berkeliling ke 31 negara itu.
Hasratnya itu tak terkabul dengan mudah, semudah membalikkan tangan. Namun, akhirnya impian Tayyibah menjadi kenyataan. Kini, Azizah yang dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘azza yang berarti kekuatan atau yang terkasih, telah mendapat peng akuan dari masyarakat Ame rika sebagai satu-satunya ma ja lah yang menjadi representasi Muslimah. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan New American Media National Ethnic Journalism. Apresiasi itu diberikan pada majalah Azizah pada 2009.