REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Management Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) mencatat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia berhasil mengungguli dua superholding BUMN negara tetangga yakni Temasek dari Singapura dan Khazanah dari Malaysia. Associate Director BUMN Research Group Lembaga Management FEB UI Toto Pranoto mengatakan, hal ini terlihat dari raihan laba bersih dan pendapatan pada periode 2019-2020, 2021-2022, dan 2023.
"(Laporan) BUMN Indonesia untuk 2023 masih proyeksi karena belum bisa mendapat angka definitif. Namun, kemampuan BUMN untuk laba bersih dan pendapatan terus pulih dan meningkat sejak 2021," ujar Toto dalam seminar bertajuk "Analisis Kinerja dan Prospek BUMN Masa Depan" di Jakarta, Selasa (11/6/2024).
Pada periode 2019-2020, Toto menjelaskan, laba bersih BUMN Indonesia sempat mengalami penurunan drastis dari Rp 8,83 miliar dolar AS menjadi 0,91 miliar dolar AS akibat pandemi. Sedangkan pendapatan BUMN meningkat dari 113,09 miliar dolar AS menjadi 132,38 miliar dolar AS.
Toto menyampaikan BUMN berhasil bangkit pada periode 2021-2022 dengan laba bersih yang melonjak dari 14,60 miliar dolar AS menjadi 20,81 miliar dolar AS. Pun dengan peningkatan pendapatan dari 160,10 miliar dolar AS menjadi 196,39 miliar dolar AS.
"Pada 2023, laba bersih BUMN mencapai 19,14 miliar dolar AS dengan pendapatan sebesar 121,31 miliar dolar AS," ucap Toto.
Sebagai pembanding, laba bersih Temasek sempat mencapai Rp 42 miliar dolar AS pada 2021, namun anjlok setahun berselang di angka 7,68 miliar dolar AS. Toto menyampaikan laba Temasek kian terjerembab minus 5,43 miliar dolar AS pada 2023 akibat unrealized gains, meski pendapatan meningkat hingga 124,46 miliar dolar AS.
"Temasek mengalami penurunan atau kerugian karena banyak performa perusahaan yang terpengaruh berbagai macam ketidakstabilan global sehingga menurunkan kemampuan laba bersih," lanjut Toto.
Toto mengatakan, laba bersih Khazanah tercatat sebesar 161 juta dolar AS pada 2021 meningkat sebesar 372 juta dolar AS pada 2022 dan naik hingga 1,35 miliar dolar AS dengan pendapatan sebesar 2,40 miliar pada 2023. Meski secara angka tidak sebesar BUMN dan Temasek, Toto mengatakan kinerja Khazanah menunjukkan tren yang meningkat.
"Khazanah tidak sebesar BUMN dan Temasek namun mereka menunjukkan perbaikan pertumbuhan pascacovid-19," sambung Toto.
Toto mengatakan terdapat peningkatan bertahap dalam ekuitas BUMN dari 188 miliar dolar AS pada 2019 menjadi 210 miliar dolar AS pada 2023. Toto mengatakan besaran utang dijaga dalam restrukturisasi utang tidak sehat dan peningkatan utang produktif oleh pemerintah.
"Hal ini diharapkan bisa memberikan nilai tambah bagi perekonomian," ucap Toto.
Toto menyampaikan, utang Temasek justru meningkat selama 2019-2023 akibat unrealized gains. Hal tersebut membuat ekuitas Temasek tergerus di angka 174 miliar dolar AS pada 2023.
Toto mengatakan utang Khazanah pun konsisten meningkat dari 54,56 miliar dolar AS pada 2020 menjadi 60,39 miliar dolar AS pada 2023. Toto menyebut ekuitas Khazanah pun turun dari 45,44 miliar dolar AS pada 2020 menjadi 40,80 miliar dolar AS pada 2023.
"Struktur utang yang tinggi ini menunjukkan pendekatan yang lebih agresif dalam pembiayaan, mungkin untuk mendukung berbagai investasi strategis," sambung Toto.
Toto optimistis kinerja positif BUMN akan terus terjadi melalui fokus pembangunan 2020-2024 yang menetapkan sejumlah poin penting. Toto menyebut BUMN dalam beberapa tahun terakhir menekankan pentingnya pembangunan SDM, infrastruktur, transformasi ekonomi, serta penyederhaaan regulasi dan birokrasi.
"Fokus pembangunan tersebut sudah berhasil dicapai Kementerian BUMN," kata Toto.