Jumat 17 Feb 2012 15:08 WIB

Mujahidah: Zubaidah binti Ja'far, Perempuan di Balik Kegemilangan Abbasiyah (2)

Rep: Indah Wulandari/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: theflowerexpert.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Sejarawan Ibnu Al-Jawzi mencatat, saat sang sultan berkutat dengan urusan ketentaraan, dia menyerahkan kekuasaan untuk membuat kebijakan pada Zubaidah secara penuh.

Setelah urusan kebijakan tuntas, Zubaidah tak segan-segan mendampingi Sultan Harun di medan tempur. Kemudian mereka berdua memungkasinya dengan menunaikan ibadah haji bersama.

Rasa sosial yang tinggi melekat kuat pada kepribadian Zubaidah. Saat menjalani prosesi haji, dia melihat para jamaah lainnya kesulitan mendapatkan air. Dia langsung memerintahkan para insinyur untuk membuat jalan sepanjang 900 mil dan terowongan sepanjang 10 mil dalam proyek bernama Sungai Zubaidah.

Kedua prasana tersebut agar memudahkan distribusi air bersih dari Baghdad menuju Makkah. Jalan tersebut kemudian dikenal dengan nama Jalur Zubaidah.

Prakarsa pembangunan Zubaidah sepanjang jalur tersebut meliputi fasilitas lainnya, seperti toko kerajinan, khan (penginapan gratis bagi jamaah haji), dan beberapa masjid. Sekitar 54 juta dinar digelontorkan untuk menyelesaikan proyek ini.

Sultan Harun selalu menganggap Zubaidah sebagai mitra yang tak pernah berkhianat. Sejarawan Al-Khatib pun tegas menuturkan dalam bukunya “Sejarah Baghdad” dan Ibnu Jeed salut pada kontribusi pemikiran Zubaidah. Sang permasuri mempunyai visi luas merancang masa depan tahta kerajaan.

Peran tersebut terabaikan saat sang suami hendak menunjuk penggantinya. Sultan Harun memilih anak sulungnya, Al-Ma'mun. Sementara Zubaidah mengusulkan putranya, Muhammad Al-Amin yang berusia enam tahun lebih muda dari Al- Ma'mun.

Pertimbangan Harun memilih si sulung karena telah bergelar sarjana dan menunjukkan sikap bijaksana. Zubaidah menolak calon tersebut karena pertimbangan garis keturunan ibu Al-Ma'mun dari kalangan budak Persia. Meski begitu, Zubaidah tetap menjaga sikap dan kasihnya pada Al-Ma'mun yang dirawatnya sejak ibu kandungnya meninggal.

Klan Dinasti Barmaki mendukung pilihan Harun. Pemimpinnya, Ja’far bin Yahya Al-Barmaki yang saudara sepersusuan dengan Sultan Harun sebenarnya berniat jahat. Dengan alasan latar belakang yang sama dengan Al-Ma'mun, sejatinya Al-Barmaki ingin menguasai Persia seutuhnya dari tangan Dinasti Abbasiyah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement