Senin 27 Feb 2012 17:44 WIB

Bashrah, Jejak Islam di Kota Kanal (2)

Rep: c02/ Red: Chairul Akhmad
 Patung serdadu Iraq di sepanjang garis pantai Syatt Al-Arab, Bashrah.
Foto: skyscrapercity.com
Patung serdadu Iraq di sepanjang garis pantai Syatt Al-Arab, Bashrah.

REPUBLIKA.CO.ID, Di antara sederet sarjana dan ilmuwan Muslim yang terlahir dari Kota Bashrah itu, antara lain Abdul Malik bin Quraib Al-Asma'i (739 M-831 M), seorang ahli zoologi yang sangat terkenal; Abu Bakar Muhammad bin Al-Hasan bin Duraid, geogafer dan genealog kondang; Al-Jahiz (776 M-868 M), sastrawan Islam klasik yang kesohor; serta Ibnu Al-Haitham (965 M-1039 M), seorang fisikawan fenomenal.

Selain itu, di pusat intelektual itu juga hidup ahli tata bahasa Arab terkemuka seperti Sibawaih dan Al-Khalil bin Ahmad. Beberapa ahli sejarah terkemuka pun ternyata terlahir di kota itu, seperti Abu Amr bin Al-Ala, Abu Ubaida, Al-Asmai, serta Abu Hasan Al-Madani. Selain memiliki sastrawan kondang seperti Al-Hijaz, dari Bashrah juga lahir beberapa sastrawan seperti Ibnu Al-Mukaffa dan Sahl bin Harun.

Kota yang dikenal sebagai penghasil kurma berkualitas tinggi itu didirikan oleh umat Islam pada 636 M, era kepemimpinan Khalifah Umar bin Khathab. Pada tahun itu, pasukan tentara Islam yang mulai melakukan ekspansi di bawah komando Utba bin Ghazwan berhasil menaklukkan wilayah itu dari kekuasaan Kerajaan Sasanid. Di daerah yang awalnya bernama Vahestabad Ardasir itu, pasukan Islam berkemah.

Umat Islam lalu menjadikan daerah itu sebagai basis pertahanan saat melawan Imperium Sasanid. Sejak itu, wilayah itu pun diberi nama Bashrah (bahasa Arab) yang berarti 'mengawasi' atau 'memantau'. Dari wilayah itulah, pasukan tentara Islam memantau pergerakan militer Sasanid.  Versi lain menyebutkan, kata 'Bashrah' berasal dari bahasa Persia Bas-rah atau Bassorah. Kata al-Bashrah biasa pula berarti 'batu kerikil hitam'.

Secara resmi pada 639 M, Khalifah Umar menjadikan Bashrah sebagai ibukota provinsi dengan wilayah kekuasaan meliputi lima daerah. Abu Musa Al-Asy'ari ditunjuk sebagai gubernur pertama Bashrah. Setelah itu, dari masa ke masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin yang berpusat di Madinah mengangkat gubernur untuk Bashrah.

Dari tahun ke tahun, Bashrah tumbuh sebagai sebuah kota. Pada 771 M, Ziad bin Abi Sufyan mulai mengembangkan Bashrah menjadi kota yang besar. Kota itu pun dengan cepat berkembang menjadi sebuah metropolis dunia yang terkemuka pada abad ke-8 M. Pada abad itulah, Bashrah mencapai puncak kejayaannya. Jumlah penduduknya pun mencapai 200 ribu hingga 600 ribu jiwa.

Selain menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan, Bashrah juga telah berkembang menjadi salah satu metropolis besar dan pusat perdagangan yang kesohor. Salah satu sumber mata pencaharian rakyat Bashrah adalah pertanian. Kota yang memiliki tujuh pelabuhan besar itu menjadi tempat persinggahan pada saudagar. Yang menarik bagi para saudagar dari berbagai belahan dunia, yakni Pelabuhan Bashrah bisa disinggahi kapal-kapal besar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement